Pernah Satu Tim, Sifat Patrick Kluivert Dibongkar Eks Striker Naturalisasi Timnas Indonesia
EKS striker naturalisasi Timnas Indonesia, Sergio van Dijk, ungkap sifat dari Patrick Kluivert. Hal ini disampaikannya karena memang pernah setim dengan Patrick Kluivert.
Sergio van Dijk pernah bekerja bersama saat Kluivert menjabat sebagai asisten pelatih di Brisbane Roar, Australia, di bawah Ange Postecoglou. Dia pun menyebut Patrick Kluivert sebagai sosok pelatih yang tenang dan penuh pengertian.
1. Sifat Patrick Kluivert
Sebagaimana diketahui, Patrick Kluivert diikat kontrak sebagai pelatih Timnas Indonesia dengan durasi dua tahun dan opsi perpanjangan. Dia menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh Shin Tae-yong karena dipecat pada Senin 6 Januari 2025.
Sergio Van Dijk pun mengaku banyak belajar dari Kluivert terkait hal-hal sebagai seorang penyerang. Menurutnya, pelatih asal Belanda itu punya pendekatan tenang dan penuh pengertian terhadap para pemainnya.
"Sebagai pelatih, ia sangat tenang dalam menjelaskan segala hal. Ia membuat saya merasa nyaman, dan yang paling penting, ia benar-benar memahami posisi saya sebagai seorang striker," ujar Van Dijk dalam keterangan yang diterima Okezone, dikutip Minggu (12/1/2025).
"Dengan caranya, saya tidak merasa dibandingkan dengannya, meskipun dia adalah seorang pemain bintang. Dia tidak membuat saya merasa kecil sebagai striker dari level yang lebih rendah. Sebaliknya, dia membuat saya merasa dihargai dan percaya pada kemampuan diri sendiri," tambahnya.
2. Sosok Patrick Kluivert Diidolai
Sergio van Dijk mengenang bagaimana Kluivert menjadi sosok idola bagi banyak anak muda di Belanda. Menurutnya, pernah bekerja sama dengan Kluivert adalah hal yang membanggakan.
"Itu adalah momen tak terlupakan. Ketika dia datang ke Brisbane sebagai pelatih, rasanya seperti mimpi. Dia mendukung saya dengan sepenuh hati dan membuat saya semakin percaya diri," ucap Van Dijk.
Van Dijk bercerita bahwa Kluivert dikenal sebagai sosok yang santai dan mudah bergaul. Dia pun cukup akrab dengan dengan pelatih itu dan komunitas Belanda di Brisbane.
"Kami sering makan malam bersama. Dia terbuka dan mudah diajak bicara. Bahkan saat laga tandang, kami meluangkan waktu untuk nongkrong atau sekadar minum kopi bersama," kenangnya.
