Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Shin Tae-yong dan soal Kebiasaan Mundur dalam Tradisi dan Budaya Korea Selatan

Reinaldy Darius , Jurnalis-Kamis, 13 Oktober 2022 |15:44 WIB
Shin Tae-yong dan soal Kebiasaan Mundur dalam Tradisi dan Budaya Korea Selatan
Shin Tae-yong akan mundur jika Mochamad Iriawan mundur sebagai Ketua Umum PSSI (Foto: Twitter/PSSI)
A
A
A

SHIN Tae-yong dan soal kebiasaan mundur dalam tradisi dan budaya Korea Selatan. Sang pelatih Timnas Indonesia mengancam untuk ikut mundur jika Mochamad Iriawan mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PSSI.

Shin Tae-yong membuat geger media sosial pada Rabu 12 Oktober 2022 malam WIB. Pasalnya, sang juru taktik berusia 52 tahun mengunggah dalam Instagram pribadinya soal kemungkinan untuk mundur dari Timnas Indonesia.

Mochamad Iriawan dan Shin Tae-yong

Hal ini berkaitan dengan desakan mundur netizen terhadap Mochamad Iriawan alias Iwan Bule sebagai Ketua Umum PSSI. Desakan itu sudah muncul jauh-jauh hari, namun semakin menguat setelah Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan setidaknya 132 orang.

Ada opini terbelah di antara warganet tentang mengapa Shin Tae-yong menyampaikan keinginan mundur jika Iwan Bule lengser. Salah satunya adalah karena ini memang budaya Korea Selatan.

Dalam unggahannya, Shin Tae-yong memandang Mochamad Iriawan sebagai rekan kerjanya dalam satu tim. Menurutnya, jika rekan kerjanya memiliki kekurangan, maka sepatutnya dia juga ikut mundur.

“Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri,” kata Shin Tae-yong dalam unggahannya, Rabu 12 Oktober 2022.

Dalam budaya Korea Selatan, memang bukanlah hal asing jika seseorang mengundurkan diri dari jabatan jika melakukan kesalahan atau merasa malu hingga menjadi perbincangan publik. Hal ini sering membuat para pejabat Negeri Ginseng tersebut mundur karena insiden tertentu.

Pada akhir 2021 misalnya, Kim Jin-kook mundur dari jabatannya sebagai pejabat Korea Selatan. Kim Jin-kook melakukan hal itu karena merasa malu setelah anaknya mencatut namanya dalam curriculum vitae ketika melamar pekerjaan.

Kim Jin-kook

Menurut Korea Times, hal itu karena masyarakat Korea Selatan memiliki budaya yang kuat soal mawas diri. Orang Korea Selatan tidak akan ragu untuk mengakui kesalahan dan bertanggung jawab jika memang merasa bersalah.

Di sisi lain, karena keberadaan media sosial pada saat ini, maka figur publik pun rentan untuk menjadi sasaran massa. Ketika ditentang oleh banyak orang dalam suatu waktu, maka masyarakat Korea Selatan pun mudah merasa bersalah.

“Karena publik figur menonjol dan menarik perhatian publik, orang-orang memiliki perasaan buruk terhadap bagaimana kehidupan mereka berbeda, dan cenderung kurang toleran terhadap kesalahan moral atau etika yang dirasakan,” tutur profesor bidang sosiologi dari Universitas Kyung Hee, Song Jae-ryong, dikutip dari Korea Times.

(Reinaldy Darius)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement