TIMNAS Indonesia memang kesulitan ketika mencari striker lokal berkualitas. Untuk mengatasi itu, pengamat sepak bola, Abdul Haris, menyarankan PSSI meniru Inggris dengan membuat kompetisi reserve atau pemain cadangan.
Inggris memang memiliki jenjang liga reserve atau disebut dengan Premier League 2. Kompetisi ini digunakan bagi para pemain U-21 dan beberapa pemain senior yang membutuhkan kompetisi.
(David da Silva salah satu striker asing yang diandalkan klub Indonesia, Persib Bandung. Foto: Persib)
Pengamat sepak bola, Abdul Harris pun berharap PSSI mau meniru kompetisi tersebut. Hal itu dimaksudkan agar pemain lokal yang kalah bersaing dari pemain asing di Liga 1 tidak kehilangan harapan dan potensi.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, juga pernah mengeluhkan minimnya penyerang lokal berkualitas. Pelatih asal Korea Selatan itu bahkan sampai harus mengakali masalah tersebut dengan bermain tanpa penyerang murni.
Bagaimana tidak, penyerang berkualitas di Liga 1 banyak didominasi oleh pemain asing, sebut saja Everton Nascimento (PSM Makassar), Matheus Pato (Borneo FC), David da Silva (Persib Bandung), hingga Carlos Fortes (PSIS Semarang). Hal itu membuat penyerang-penyerang lokal kalah bersaing, sebab para pelatih lebih memilih striker yang lebih berkualitas.
Oleh sebab itu, Abdul Haris menawarkan sebuah solusi. Haris ingin agar PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) membuat kompetisi yang hanya diikuti oleh pemain penghuni setia bangku cadangan.
(Dimas Drajad, salah satu striker lokal yang berkualitas. (Foto: Persikabo 1973)
“Banyak striker striker yang kalah bersaing dengan pemain asing, mereka banyak yang bagus di level junior, di level senior mereka kehilangan sentuhannya,” kata Haris kala menghadiri Webinar Partai Perindo, Jumat (26/8/2022).
“Ya kita lihat di kompetisi yang dapat tempat di tim utama kan pemain asing seperti Spasojevic, El-Loco (Christian) Gonzales dan lain lain,” imbuhnya.
“Kita bisa meniru di Inggris, pemain pemain yang tidak bisa dapat tempat di tim utama dibuatkan tim reserve, sehingga mereka bisa tetap berkompetisi di level bawahnya,” ujarnya lagi.
Menghuni bangku cadangan dan kalah bersaing di tim bisa berakibat fatal bagi banyak pemain, terutama yang masih berusia muda. Mental mereka akan tertekan karena jarang diberi kepercayaan.
(Rivan Nasri Rachman)