“Ketika kami kalah di final Liga Champions pada 2018, semua orang berpikir 'akankah mereka kembali atau ini musim yang hanya berlangsung satu kali?' Kami kemudian pergi ke musim berikutnya untuk memenangkan Liga Champions dan gagal di Liga Premier,” tambahnya.
“Kami memiliki orang-orang yang mendukung tim yang berbeda dan itu adalah bagian tak terpisahkan dari itu, itu bagian yang menyenangkan. Jika kita disebut underdog lagi maka kita menikmati menjadi underdog,” ujar Robertson.
Terlepas dari semua penilaian untuk Liverpool sejauh ini, Robertson mengatakan timnya juga punya ambisi yang sama dengan klub lain.Meraih kemenangan pada tiap pertandingan yang dihadapi tetap jadi fokus utama timnya sejak awal hingga akhir musim meski menyadari menjaga konsistensi bukan hal mudah.
“Kami selalu bekerja untuk memenangkan pertandingan berikutnya, pertandingan ke pertandingan. Ini berhasil selama tiga musim terakhir, jadi mengapa kami harus mengubah cara kami sekarang? ” tandasnya.
(mrh)