Pada akhir musim 1987-1988 akhirnya Cruyff meninggalkan Ajax untuk terbang lagi ke Spanyol guna menukangi Barcelona. Barcelona yang kala itu dilanda krisis dan terlilit utang memulangkan Cruyff guna mengembalikan taring mereka di kompetisi domestik dan internasional.

Kembali ke Barcelona membuat Cruyff menuai hasil dari taktik permainan yang ia tinggalkan di akademi La Masia pada 1978. Meski belum disebut dengan tiki-taka, tetapi fondasi dasar telah terlihat dari permainan Barcelona asuhan Cruyff kala itu.
Kedatangan Cruyff nyatanya menjadi berkah untuk Blaugrana –julukan Barcelona– karena di bawah asuhan pria asal Belanda itu hadir 11 trofi ke Camp Nou. Sebanyak 11 trofi diraih Cruyff selama delapan musim menukangi tim kebanggaan warga Catalonia tersebut.
Salah satu pemain jebolan La Masia yang merasakan tangan dingin Cruyff saat melatih Barcelona adalah Josep Guardiola. Guardiola yang naik ke tim senior pada musim 1991-1992 merasakan delapan trofi saat diasuh Cruyff. Kehadiran Guardiola di dalam tim inti Barcelona saat itu juga menjadi bukti bahwa proposal yang Cruyff berikan pada 1978 berbuah hasil.