LONDON – Rasisme memang menjadi salah satu musuh utama dalam dunia sepakbola. Meski FIFA selaku induk sepakbola dunia tak pernah berhenti mengampanyekan seruan Say No to Racism di setiap laga yang digelar, kasus rasis masih saja kerap terjadi.
Bahkan di Inggris yang memiliki liga paling kompetitif di dunia, kasus rasis pun masih menjadi momok bagi mereka. Hal yang mengejutkan adalah pendukung klub raksasa Liga Inggris, yakni Manchester United, jadi yang berada di urutan teratas dalam daftar fans paling rasis di Inggris.

Menurut laporan data yang dirilis oleh Home Office berdasarkan permohonan Press Association di bawah Kebebasan Informasi, mereka menyebut sebanyak 27 pendukung Man United harus ditahan karena kasus rasis dalam empat tahun terakhir.
Baca Juga: Cegah Pogba Pergi, Man United Tawarkan Gaji Fantastis
Di bawah Man United, terdapat Leeds United serta Millwall yang harus melihat sebanyak 15 pendukungnya ditahan karena kasus yang sama. Sedangkan juara Liga Inggris 2015-2016, Leicester City, jadi klub dengan pendukung paling rasis keempat, setelah 14 fans-nya ditahan.
Sementara itu Chelsea menjadi klub kelima dengan pendukung paling rasis di Liga Inggris. Terhitung 13 pendukungnya harus merasakan ditahan karena berlaku rasis. Jadi klub dengan pendukung paling rasis, membuat juru bicara Man United pun memberikan pendapatnya.

“Tidak boleh ada rasisme di sepakbola, atau di kehidupan ini secara keseluruhan, dan kami berkomitmen untuk menjadikan sepakbola terbebas dari semua bentuk diskriminasi, entah itu melalui kampanye ‘All Red All Equal’ kami atau lewat dukungan dari Kick It Out dan organisasi lainnya,” jelas sang juru bicara, seperti dikutip dari Sky Sports, Selasa (18/6/2019).
“Statistik ini hanya 0,0004% dari suporter kami yang hadir langsung ke stadion. Itu tidak merefleksikan pandangan atau tingkah laku dari fans kami secara keseluruhan. Kami akan terus memantau bersama pihak berwenang untuk mencoba dan mengidentifikasi serta menghilangkan segala bentuk dikriminasi, dan kami akan mengambil tindakan yang diperlukan,” tuntasnya.
(Mochamad Rezhatama Herdanu)