Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Selalu Tersenyum, Indonesia Lebih dari Juara Satu

Oris Riswan , Jurnalis-Rabu, 21 Agustus 2013 |17:32 WIB
Selalu Tersenyum, Indonesia Lebih dari Juara Satu
Tim Homeless World Cup Indonesia.(foto:Oris Riswan)
A
A
A

BANDUNG - Timnas Indonesia yang bertarung pada ajang Homeless World Cup (HWC) 2013 di Polandia gagal mewujudkan target juara. Mereka hanya menempati peringkat delapan di klasemen akhir. Padahal sebelumnya timnas Indonesia menempati poisi empat pada 2012 dan posisi enam pada 2011.
 
Tapi pencapaian merosot itu tidak dipermasalahkan. Sebab esensi dari keikutsertaan Indonesia di HWC adalah untuk sebuah perubahan, bukan semata-mata mencari prestasi. Mereka yang jadi anggota timnas diharapkan berubah jadi orang yang lebih baik dan mengambil makna sebenarnya dari pelaksanaan HWC.
 
"Buat kami, mereka sudah lebih dari juara satu karena mereka sudah berjuang dengan gigih," kata Bonsu Hasibuan, pelatih timnas Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (21/8/2013).
 
Hal yang dibanggakan dari timnas adalah mereka selalu tersenyum. Tak hanya saat menang, mereka juga selalu tersenyum saat kalah dari tim lawan. Hal itu justru menuai reaksi positif dari tim lawan karena timnas membawa aura positif bagi tim lain.
 
Beberapa pelatih tim lawan juga ada yang mendatangi Bonsu dan timnas untuk sekedar memberikan selamat. Bahkan ada perbincangan Bonsu dan salah seorang pelatih tim lawan yang membuatnya bangga.
 
"Salah seorang pelatih bilang, kamu berhasil membawa timnas. Bukan karena juara, tapi karena timnas Indonesia selalu tersenyum," tuturnya.
 
Selama berada di Polandia, Bonsu mengatakan timnya seolah jadi selebritis dadakan. Jika tahun lalu ada sosok Suherman yang jadi incaran warga untuk foto bareng, tahun ini justru tim secara keseluruhan banyak diminta untuk foto bareng.
 
"Tahun ini secara tim Indonesia diminati untuk foto bareng karena dianggap bagus sebagai tim dan selalu menebar senyum," bebernya.
 
Galih, perwakilan Wanadri, mengaku senang dilibatkan untuk menggembleng para pemain timnas sebelum berlaga di Polandia. "Kami bangga dilibatkan dalam hal ini," ucapnya.
 
Selama digembleng di Gunung Kareumbi hampir sepekan, Galih dan rekan-rekannya di Wanadri benar-benar berusaha menggembleng mental dan menjadikan mereka kompak satu sama lain.
 
Tapi ia menyebut Wanadri bukan pihak yang melatih mereka untuk kompak. Alam lah yang membentuk mereka sehingga bisa kompak dan memiliki persaudaraan yang erat. "Kami hanya membimbingnya," ujarnya.
 
Galih juga tidak mempersoalkan pencapaian timnas pada ajang HWC. Sebab untuk menjadi juara diperlukan proses. Ia bahkan menganalogikan keinginan rekan-rekan Wanadri untuk mendaki puncak Gunung Everest yang merupakan puncak gunung tertinggi di dunia.
 
"Buat kami di Wanadri, sampai ke Everest itu baru 32 tahun kemudian pada tahun 2012. Kami mencanangkan itu pada 1980," ungkapnya.
 
Dengan tekad kuat dan perencanaan matang, keinginan itu akhirnya terwujud. Sama dengan timnas yang belum juara hingga kini pada ajang HWC. "Mencapai juara di HWC bukan sebuah keniscayaan, mungkin ke depan kita bisa juara. Tapi jangan tunggu sampai 30 tahun juga," kelakarnya.
 
Manajer Timnas, Kheista Leonie, mengaku bangga dengan pencapaian para pemain timnas. Meski begitu, ia menyampaikan permohonan maafnya karena timnas gagal meraih gelar juara.
 
"Mohon maaf kami belum mampu memberikan gelar juara. Tapi bagi kami hasil ini sudah lebih dari cukup. Semoga kita dapat memaknai sepakbola seutuhnya sebagaimana pesan dari kompetisi ini, football for change," jelasnya.
 
Follow Twitter @bola_okezone

(Fitra Iskandar)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement