yang tinggi.
“Kita sering melupakan bahwa sebagian besar pesepakbola kita tidak terbiasa bermain dengan kontinuitas di klub mereka dan saya berbicara tentang satu pertandingan dalam seminggu. Ketika Anda bermain setiap empat hari sekali, itu adalah olahraga lain yang perlu Anda lakukan. Anda perlu sehat secara fisik, anda harus siap,” terangnya.
“Arda adalah pria yang hebat dan cerdas, dia sangat bersemangat dengan negaranya, bangga dengan negaranya. Namun meskipun dia tahu bahwa dia berisiko mengalami cedera dengan bermain, dia ingin berada di lapangan,” ungkap Montella.
Menyoal soal pertandingan, Montella merasa bahwa sejatinya Turki bermain baik sejak awal. Tapi dia tak bisa membantah kalau gol bunuh diri yang dilakukan Akaydin membuat ritme permainan skuadnya goyang sehingga harus menelan kekalahan dari Portugal.
“Kami memulai dengan baik pada sekitar 20 menit pertama dan kami mempunyai peluang-peluang kami sendiri, namun kami tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal. Kami dihukum pada kesalahan pertama,” ujarnya.
“Tetapi itu adalah pertandingan yang seimbang sampai gol itu terjadi. Gol kedua kami sangat tidak beruntung, hal-hal ini terjadi dalam sepak bola dan itu mengubah keseimbangan. Saya pikir, sepanjang pertandingan kami bermain setara dengan salah satu tim terbaik di Eropa, terkadang kami kurang berani, mungkin karena kami terlalu banyak merasakan pertandingan ini,” tandas Montella.
Walau kalah, Turki masih punya peluang untuk lolos ke babak 16 besar. Jika ingin lolos, pasukan Montella wajib meraih kemenangan saat melawan Republik Ceko di Volksparkstadion pada Kamis 27 Juni mendatang. Pasalnya saat ini mereka sedang duduk di posisi dua klasemen Grup F dengan tiga poin, unggul dua angka atas Republik Ceko dan Georgia.
(Rivan Nasri Rachman)