Contohnya dalam waktu dekat, Timnas Indonesia akan melakoni ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan Piala Asia 2023. Dalam ajang tersebut, TImnas Indonesia akan berhadapan dengan tim kuat sekelas Irak dan Jepang.
Menghadapi tim-tim seperti itu, taktik yang cenderung bertahan bisa jadi solusi. Taktik ini juga pernah diperlihatkan Shin Tae-yong saat masih menangani Timnas Korea Selatan.
Kala itu, Taeguk Warrior menggunakan taktik bertahan yang kompleks saat berhadapan dengan Jerman di Piala Dunia 2018. Hasilnya, Korea Selatan sukses mengalahkan sang juara dunia dengan skor 2-0.
Hal itulah yang coba dilakukan oleh Shin Tae-yong di Timnas Indonesia. Guna menghadapi tim-tim besar, skuad Garuda minimal memiliki pertahanan super kokoh yang sangat sulit untuk ditembus.
Dengan banyaknya pemain naturalisasi di posisi bertahan, formasi tiga bek andalan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia dapat kembali digunakan dengan kombinasi Elkan Baggot, Jordi Amat, dan Kevin Diks. Di posisi fullback, dapat diisi oleh Nathan Tjoe-a-on dan Sandy Walsh. Lalu, gelandang bertahan diisi oleh Jay Idzes dan Shayne Pattynama.
Formasi 4-4-2 juga dapat digunakan oleh Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia. Akan tetapi, yang menjadi pemain sayap bukanlah seorang yang bertipikal full menyerang, melainkan pemain yang memiliki kemampuan bertahan dan melakukan pressing.
Untuk itu, Sandy Walsh dan Shayne Pattynama dapat diletakkan di posisi sayap. Di posisi bek kanan dan bek kiri, ada pemain naturalisasi yang lain ataupun pemain lokal seperti, Pratama Arhan dan Asnawi Mangkualam, yang bisa mengisi.
Itulah ngerinya pertahanan Timnas Indonesia dengan pemain naturalisasi. Dengan hal itu, tentu semua lawan Timnas Indonesia akan ketar-ketir.
(Djanti Virantika)