KISAH Boaz Solossa, legenda Timnas Indonesia yang sempat difitnah tak nasionalis menarik untuk dikulik. Pasalnya Boaz Salossa merupakan pemain bertalenta yang dimiliki Timnas Indonesia selama dua dekade terakhir.
Boaz Solossa lahir pada 16 Maret 1986 di Sorong, Papua. Dia memiliki kecintaan yang mendalam terhadap sepakbola sejak usia dini. Ketajaman bermain, kecepatan, dan kemampuan luar biasa merupakan karakter dari Boaz Salossa.
Namun, Boaz Salossa beberapa kali bermasalah dengan kedisiplinannya. Sehingga dirinya terkesan sebagai pemain Timnas Indonesia yang sulit diatur. Bahkan Boaz sempat difitnah tidak nasionalis.
Kisah Boaz Solossa, legenda Timnas Indonesia yang sempat difitnah tak nasionalis karena ia tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan. Citranya sebagai pemain yang tidak nasionalis terus melekat selama Boaz berkarier bersama Timnas Indonesia.
Seperti pada pertandingan Indonesia melawan Turkmenistan pada 2011 lalu. Pemain yang lain dengan khidmat menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan. Sementara, Boaz hanya berdiam diri dengan wajah datar. Sikapnya demikian mengundang pertanyaan apakah ia tidak bersemangat untuk membela Indonesia?
Setelah melihat kualitas selama pertandingan, tidak diragukan lagi bahwa Boaz adalah pemain hebat. Dia juga terkenal sebagai striker berbakat dan memiliki insting mencetak gol yang tajam.
Boaz berhasil menundukan pemain belakang Turkmenistan dengan beberapa assist yang justru melahirkan gol. Meski beberapa kali dia terlihat gagal memanfaatkan peluang.
Kemampuan Boaz Solossa dalam dunia kulit bundar tidak lahir dalam semalam. Keluarga Boaz, terutama sang paman, melarangnya terjun ke dunia sepak bola. Pamannya bernama Jaap Solossa merupakan seorang Gubernur Papua. Sang paman berpendapat bahwa Boaz harus fokus pada pendidikan.
Meskipun dihadapkan pada penolakan, Boaz tak pernah menyerah. Dia memutuskan untuk pindah ke Jayapura untuk melanjutkan pendidikan.
Boaz kemudian mendapatkan informasi tentang seleksi tim Papua untuk mengikuti PON 2004. Tanpa sepengetahuan sang paman, ia memutuskan untuk ikut seleksi tersebut. Beruntung, Boaz Solossa berhasil menarik perhatian pelatih Rully Nere dan dengan mudah masuk ke dalam tim utama.
Meski berhasil meyakinkan pelatih, Boaz masih belum mendapatkan restu dari sang paman untuk bermain di PON 2004. Situasi ini berubah ketika Rully Nere berusaha meyakinkan sang paman dengan menunjukkan kualitas permainan Boaz dalam sebuah pertandingan uji coba.
Demikian kisah Boaz Solossa, legenda Timnas Indonesia yang sempat difitnah tak nasionalis.
(Rivan Nasri Rachman)