“Kita punya media sosial dimanfaatkan sebagai check and balance, begitu juga dengan media. Media harus amanah dan memberikan solusi. Kembali, pemain-pemain ini ingin memiliki masa depan. Dengan pengorbanan mereka yang ingin membawa hal-hal yang positif kepada sepakbola Indonesia, kita harus memberi kesempatan,” kata Erick Thohir dalam konferensi pers di Jakarta.
(Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dukung keputusan pemain Timnas Indonesia yang ikut pendidikan kepolisian)
“Di Korea Selatan juga ada namanya wajib militer, tapi tentunya kebijakannya berbeda. Kita beri kesempatan dulu kepada mereka,” tambahnya.
Kemudian, Erick Thohir mengungkapkan bakal ada pembicaraan lebih lanjut dengan pihak kepolisian mengenai proses pendidikan para pemain tersebut. Sebab, selama lima bulan ke depan tedapat pemusatan latihan untuk Kualifikasi Piala Asia U-23 2024 serta Asian Games 2022 sehingga mereka terancam tak bisa mengikuti dua agenda tersebut.
"Kita beri kesempatan dulu, apakah nanti ada pembicaraan dengan kepolisian tanpa merusak sistemnya. Intinya tidak boleh ada pemain titipan termasuk untuk kepolisian,” jelas mantan presiden Inter Milan ini.
"Kita tidak mau kalau akhirnya merusak sistem di kepolisian. Tapi akan kita coba bisa gak ada dispensasi, tapi saya tidak bisa memutuskan. Kita akan carikan jalan,” tegas Erick Thohir.
Erick Thohir menegaskan keputusan para pemain untuk menjalani Pendidikan Kepolisian tak bisa diganggu gugat. Pasalnya, mereka punya mimpi masing-masing di luar sepakbola yang ingin mereka wujudkan.
"Kembali ke pemain yang dipanggil, itu pilihan yahg harus didukung karena masing-masing punya kepentingan. Bukan pemain menolak main di timnas tapi mereka punya mimpi jadi polisi dan tentara, kita tidak bisa intervensi,” ujar Erick.
"Kita mesti saling respek, demokrasi seperti itu. Saya yakin ada jalan keluar tentu ada kepentingan nasional yang lebih tinggi," pungkas mantan presiden SEABA ini.
(Ramdani Bur)