“Kemudian jalannya agak jauh sekali antara satu tempat ke tempat lain. Di awal-awal saya sempat keram karena kaget mungkin, ya di Jakarta tidak terlalu banyak jalan, paling jalan di Jakarta tiga sampai lima kilo ya. Tapi, di sini kita minimal waktu hari-hari pertama itu jalan tujuh sampai 16 kilo,” timpalnya.
(Fasilitas Metro di Doha Qatar)
Meski demikian, ia merasa senang selama melakukan liputan di Qatar. Sebab, Qatar benar-benar menyiapkan fasilitas bagi jurnalis maupun pencinta sepakbola yang datang ke sana untuk menyaksikan Piala Dunia 2022.
Bahkan, di Qatar tersedia angkutan masal seperti MRT, yang siap membawa para pengunjung berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Sebab demikian, ia merasa Qatar sangat meningkat pesat.
“Di sini juga petugas-petugasnya cukup ramah, banyak volunteer-volunteer juga kita bisa jadi banyak teman ya. Artinya saya setiap ngobrol dengan security-security atau mobility marshall asal Filipina asal Uganda dll,” tuturya.
“Selain stadion mereka juga membangun Metro. Metro itu kalau di Jakarta kayak MRT, baru dibuka 2019 dan memang diperuntukkan Piala Dunia, sangat memudahkan masyarakat di sini,” timpalnya lagi.
Abdul Haris juga menyoroti cara pengamanan selama di dalam stadion. Alih-alih menggunakan kekerasan, para pengaman di stadion sangat persuasif. Hal itu yang menbuat para penonton tak khawatir akan terjadi kericuhan di sekitar stadion.
“Kalau di Eropa mungkin sejenis Stewards, dan itupun bukan polisi. Karena di sini dipekerjakan khusus dipekerjakan khusus Piala Dunia dan mereka tidak represif, mereka sangat persuasif sekali, sangat asik sekali, dan kalau ada pelanggaran-pelanggaran mereka langsung cepat, jadi potensi rusuh yang melebar itu sangat diminimalisir sekali,” pungkasnya.
(Hakiki Tertiari )
