DOHA – Timnas Qatar harus membuka perjalanan di Piala Dunia 2022 dengan buruk karena kalah dari Ekuador. Meski begitu, sang tuan rumah bisa membangkitkan semangatnya lewat mantra sakti yang berasal dari frasa Arab kuno, yakni, “Shoomilah, Shoomilah”.
Ya, Timnas Qatar harus menelan pil pahit kala berlaga di Stadion Al Bayt, Al Khor, Minggu 20 November 2022 malam waktu setempat. Laga berakhir dengan kekalahan 0-2.
Namun, publik Qatar tak perlu khawatir. Sebab, mereka punya kalimat sakti pembangkit semangat untuk memenangkan “perang” berikutnya. Selanjutnya, The Maroon -julukan Timnas Qatar- akan meladeni Senegal di Stadion At Thumama, Doha, Jumat 25 November 2022 pukul 20.00 WIB.
Di laga itu, Timnas Qatar harus bisa meraih poin untuk menjaga asa lolos ke fase berikutnya. Tentu, mereka tak mau bernasib, seperti Afrika Selatan, tuan rumah Piala Dunia 2010 yang tak lolos dari fase grup.
Tegang, pasti dong. Namun, orang Qatar punya kalimat mujarab untuk mendongkrak pasukan mereka pada duel berikutnya, yakni “Shoomilah, Shoomilah”. Kalimat ini berarti terobsesi kepadanya.
BACA JUGA: Permalukan Qatar 2-0 di Laga Pembuka Piala Dunia 2022, Pelatih Ekuador Masih Belum Puas
Shoomilah, Shoomilah tidak berasal dari lapangan. Namun, frasa itu tidak menghentikannya menjadi lagu tidak resmi tim nasional sepakbola Qatar.
“Mantra sakti” ini menggunakan bahasa pacaran sebagai metafora untuk menggambarkan hubungan dukungan dan kekaguman antara bangsa dan pemimpinnya. Lagu tersebut langsung merebut hati dan pikiran rakyat di Qatar. Lagu itu diputar di mana-mana, bahkan di pesta pernikahan.
Shoomilah merupakan frasa Arab kuno, yang digunakan dalam tradisi yang lebih baru untuk menasihati perempuan muda di usia pernikahan agar memilih prajurit terbaik sebagai pelamar mereka.
Menurut media Qatar Al Jazeera, lagu tersebut pertama kali terkenal pada 18 Desember 2017, ketika Qatar merayakan hari nasional pertamanya setelah tetangganya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain mengumumkan blokade terhadapnya.
Pada 5 Juni tahun itu, keempat negara memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar dan memberlakukan blokade laut, darat dan udara, mengklaim Qatar mendukung "terorisme", dan terlalu dekat dengan saingan mereka, Iran. Qatar membantah tuduhan itu.
Blokade berlangsung lebih dari tiga tahun yang mendorong ekspresi pembangkangan berkembang biak di Qatar.
Kondisi sulit itu memotivasi penyair dan penulis lirik Ayedh bin Ghidah yang mengatakan dia ingin “memberikan balasan metaforis untuk serangan di Qatar – yang mencoba mempertanyakan kesetiaan Qatar terhadap kepemimpinan mereka. – selama blokade”.
Liriknya mendesak seorang perempuan metaforis "dengan bulu mata yang indah" untuk "bercita-cita menjadi pendekar pedang, seorang syekh sejati yang pendiriannya menyenangkan orang-orang di sekitarnya", yang "telah istimewa sejak usia muda" dan yang "tindakannya menunjukkan kegigihannya".
Kita akan lihat apakah frase tersebut bisa menjadi mantra sakti Timnas Qatar untuk bisa memburu ambisi lolos ke babak knockout. Kini, Qatar sendiri sedang terpuruk di dasar klasemen sementara Grup A.
(Djanti Virantika)