Selama di sekolah asal sang pemain, Bima Sakti mengorek informasi soal kehidupan pribadi dan spiritual. Dirinya kemudian mengambil contoh ketika membangun ikatan batin dengan pemain Timnas Indonesia U-19, Marselino Ferdinan ketika masih diasuhnya.
“Seperti marselino kita tanya temen temennya, punya pacar apa nggak, itu perlu kita gali juga, ke masjidnya juga bener apa ngga nih anak anak ke masjid lima waktu, coach Indri ke gereja, bener gak dia ke gereja’” imbuh Bima sakti.
“Tiap minggu, pas abis makan kita panggil acak, kita panggil Marselino, kita tanya, 'gimana bapak ibu sehat? kamu mau bikinkan pabrik orang tua kamu roti?' Nangis dia, 'kok coach Bima tau'” ungkapnya.
“’Di sekolah kamu punya temen namanya ini ini, kamu punya sepeda’, kaget dia, dia gak tahu, ternyata apa yang mereka sampaikan benar dengan apa yang kita gali di rumah dan di sekolah,” ujarnya.
Sebab itu, Bima Sakti memaklumi jika ada salah satu pemainnya yang memiliki sikap temperamen dan sulit mengontrol emosi di lapangan. Menurutnya, latar belakang dan lingkungan tempat sang pemain tinggal cukup mempengaruhi sifat sang pemain.
“Kita gak bisa menyalahkan kalau pemain itu emosional, gak bisa kita langsung blame, kita harus lihat juga nih, orang tuanya gimana, oh setelah kita teliti, dia tinggalnya di dekat pasar, keras, kita harus pelan pelan, karena mungkin dia liat dari kecil liat tawuran terus di situ,” tutup Bima Sakti.
(Rivan Nasri Rachman)
