LYON – Memphis Depay akhirnya angkat bicara mengenai perjalanan karier yang kurang menyenangkan bersama Manchester United. Depay mengakui tak bisa tampil maksimal kala memperkuat Man United, lantaran belum kuat secara mental untuk memperkuat klub sebesar Man United.
Sebagaimana diketahui pada awal kedatangan Depay di skuad Man United, dirinya memang sempat diprediksi bakal menjadi bintang baru di Old Trafford Stadium. Terlebih dengan catatan menjanjikan yang ditorehkan Depay di Liga Belanda.
Tapi sangat disayangkan Depay justru gagal memenuhi ekspektasi dari sebagian besar para pendukung Man United. Padahal manajemen Man United harus mengelontorkan dana sebesar 34 juta euro atau sekira Rp574 miliar untuk merekrutnya dari PSV Eindhoven.
Baca Juga: Lukaku Dinilai Lebih Cocok untuk Juventus daripada Dybala
Karier Depay pun bahkan hanya mampu bertahan selama 18 bulan saja. Sebelum akhirnya manajemen Man United memutuskan untuk melepas Depay Olympique Lyonnais pada bursa transfer musim dingin 2017.
Bersama Lyon, Depay pun mampu bangkit dari keterpurukan serta kembali performa terbaiknya sebagai pesepakbola profesional. Depay mengakui bahwa dirinya belum kuat secara mental hingga akhirnya gagal bersinar di Man United. Selain itu ketatnya persaingan di Liga Inggris juga disebut Depay jadi alasan ia tak mampu menunjukkan performa terbaiknya.
“Kondisi mental saya berbeda. Saya berusia 21 tahun ketika saya bersama United dan sekarang saya berusia 25 tahun jadi jelas, saya adalah manusia yang lebih matang sekarang dibanding saat saya berada di Manchester,” ungkap Depay, seperti disadur dari Eurosport, Minggu (4/8/2019).
“Juga terdapat perbedaan antara pertandingan Prancis dan pertandingan Inggris, perbedaan utama ada pada kecepatan bola. Di Inggris, berjalan sangat cepat, menyerang dan bertahan dan menyerang serta bertahan lagi,” sambung personel Timnas Belanda tersebut.
Baca Juga: Pandit Sepakbola Nasihati Solskjaer agar Antarkan Pogba ke Madrid
“Sementara dalam sebuah pertandingan di Prancis membuat Anda merasa lebih banyak mengontrol bola dan berusaha menemukan momen kami dan kami semua lebih santai memainkan bola satu sama lain. Saya tidak tahu apakah kecepatan diperlukan setiap saat di sini karena bagi saya ini semua tentang teknik. Namun Liga Inggris adalah yang terkuat di dunia,” tutupnya.
(Mochamad Rezhatama Herdanu)