“Kenapa? Karena saya benar-benar diperas, seperti jeruk, untuk mencapainya. Ketika Anda memiliki sekelompok pemain yang sangat profesional, ambisius, pekerja keras dan berbakat, di klub terstruktur, kamu tidak memiliki erosi itu,” sambung Mourinho.
“Ketika Anda hampir sendirian, dalam hal itu Anda tidak memiliki dukungan dari klub yang dekat dengan Anda, sementara pemain tertentu agak melawan pelatih, yang adalah orang baik. Saya tidak ingin menjadi orang baik, karena orang baik, setelah tiga bulan, adalah boneka dan itu tidak berakhir dengan baik,” tambah pria berusia 56 tahun itu.
“Akan tetapi, Anda juga tidak boleh menjadi pelatih yang negatif sepanjang waktu. Anda perlu mencari keseimbangan itu. Faktanya, masalah pelatih itu sama dengan yang dimiliki oleh seorang guru di sekolah,” tukasnya.
(Andika Pratama)