Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

LPIS, Kontroversi Tiada Henti

Kukuh Setiawan , Jurnalis-Sabtu, 28 April 2012 |21:36 WIB
LPIS, Kontroversi Tiada Henti
Logo IPL (foto:Ist)
A
A
A

MALANG — Kontroversi terus mewarnai perjalanan kompetisi Indonesian Premier League (IPL). Tak hanya soal wasit yang terus mengundang keluhan klub-klub kontestan liga, namun juga soal keputusan-keputusan operator liga PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).
 
Diizinkannya lima pemain Arema FC bermain lawan Persija Jakarta walau sebenarnya terkena akumulasi kartu kuning, kembali memunculkan kontroversi. Aturan yang ditetapkan PT LPIS ini berbeda dengan keputusan sebelumnya dengan kasus serupa. Jadilah PT LPIS terlihat sangat tidak konsisten.
 
Lima pemain Arema, Hermawan, Irfan Raditya, TA Musafri, Andrew Barisic, serta Marko Krasic, terkena akumulasi kartu kuning setelah pertandingan lawan Persema Malang pada laga derby Maret lalu. Mereka seharusnya absen ketika Arema menjamu Bontang FC di pertandingan tunda, sepekan setelah laga kontra Persema.
 
Laga lawan Bontang di Stadion Gajayana akhirnya batal digelar karena tim tamu menolak datang ke Malang. Walau perangkat pertandingan menyatakan Arema menang walk over (WO), nyatanya PT LPIS memutuskan pertandingan ditunda alias dianggap tidak ada pertandingan.
 
Nah, jika pertandingan dianggap tidak ada, seharusnya status akumulasi kartu kuning itu tetap melekat untuk pertandingan berikutnya. Itu pernah dialami Gunawan Dwi Cahyo yang terkena akumulasi kartu kuning setelah laga kontra PSM Makassar. Ia tetap absen di pertandingan tunda lawan Persema Malang.
 
Bandingkan juga dengan status Mario Karlovic dan Otavio Dutra yang harus absen kala Persebaya Surabaya melawan Semen Padang. Karlovic dan Dutra tetap diputuskan tidak boleh bermain di Padang karena pertandingan sebelumnya antara Persebaya Surabaya versus PSMS Medan tak jadi digelar atau ditunda karena tak ada izin keamanan.
 
Khusus untuk lima pemain Arema itu, PT LIPS juga memutuskan tetap harus absen saat laga tunda menghadapi Bontang FC nanti. Jika PT LPIS benar-benar konsisten, seharusnya keputusan yang keluar sama dengan Dutra dan Karlovic. Keduanya tak menunggu harus absen di pertandingan tunda lawan PSMS.
 
“Ya begitulah keputusan PSSI. Di sisi lain kami lega karena lima pemain bisa bertanding lawan Persija. Namun kami juga menyesal pertandingan lawan bontang ditunda dan kami tidak mendapat kemenangan WO. Padahal Arema sudah keluar banyak biaya untuk pertandingan yang tidak dihadiri Bontang itu,” ucap Media Officer Arema FC Noor Ramadhan.
 
Arema memang dalam situasi diuntungkan sekaligus dirugikan atas keputusan PT LPIS tersebut. Diuntungkan karena kelima pemain terbebas dari akumulasi kartu kuning lawan Persija, sedangkan kerugiannya adalah tidak mendapatkan kemenangan WO. Keputusan yang dipandang tidak masuk akal.
 
Pengamat sepakbola memandang keputusan-keputusan yang dikeluarkan PT LPIS sangat tidak cerdas dan justru melemahkan kredibilitasnya sendiri. Situasi yang demikian dinilai akan terus menurunkan kualitas serta gengsi Indonesian Premier League (IPL) di mata publik bola nasional.
 
“PT LPIS seperti bunuh diri membuat keputusan yang berlawanan dengan keputusan sebelumnya. Seperti keputusan soal pertandingan lawan Bontang FC, operator liga mencari jalan paling aman. Namun di sisi lain itu meruntuhkan kepercayaan publik kepada operator liga,” ungkap Suyitno, pemerhati bola nasional asal Malang.
 
Di liga yang baru dimulai musim ini, harusnya menjadi kesempatan LPIS untuk menunjukkan dirinya sebagai operator liga yang benar-benar profesional. Bukan malah mencemari dengan keputusan-keputusan kontroversial, serta menumpak persoalan yang belum terselesaikan.
 
“Saya lihat Arema juga pernah protes tentang Leonard Tupamahu yang pindah ke Persema. Buktinya PT LPIS tidak banyak menangani masalah itu. Persoalan wasit yang terus menjadi momok di kompetisi juga masih menjadi PR (pekerjaan rumah). Kalau sekarang saja sudah banyak kontroversi begitu, bagaimana dengan ke depannya,” lanjut Suyitno.
 
Ia juga melihat ada standar ganda pada keputusan akumulasi kartu kuning pemain Arema dan Persebaya. “Saya tidak melihat ada tim yang dibela karena semua pernah menjadi korban keputusan. Bagaimana bisa dalam kondisi yang sama persis bisa memunculkan keputusan berbeda,” tandasnya.

(A. Firdaus)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement