Kisah Sedih Luka Modric, Kehilangan Keluarganya hingga Ditinggal Pergi Ayahnya di Zaman Perang

Sayangnya, sang kakek yang sedang menggembala ternak menjadi korban tembak dari tentara Serbia. Kemudian, Luka Modric dan keluarganya tinggal di tenda pengungsian, tanpa listrik dan air. Ayahnya pergi menjadi tentara Kroasia dan meninggalkan Modric bersama ibu serta adik-adiknya.

Bagi Luka Modric kejadian itu tak akan selalu membekas di ingatan nya. Situasi itu sangat memilukan bagi dirinya yang masih sangat kecil.

Untuk menyalurkan rasa sedihnya, Luka Modric bermain bola di lapangan parkir. Beruntungnya ia juga masih bisa mengenyam pendidikan di pengungsian. Hampir setiap hari Modric bermain bola bahkan ia tidur dengan membawa bolanya.

Luka Modric menunjukan bakat di turnamen pengungsian. Di turnamen itu, ia bertemu dengan Tomislav Basic, pelatih kepada akademi.

Tubuh kurus, kecil dan kumuh Luka Modric menyulitkannya bergabung ke tim profesional. Ia pun sering mendapat penolakan karena alasan itu.

Tomislav Basic yang sudah menganggap Luka Modric sebagai anak angkatnya tidak putus asa. Ia terus melatih bakat Modric sampai di usia ke 16 tahun, Modric berhasil lolos ke tim junior di klub raksasa Kroasia, Dinamo Zagreb.

Dari situ karier Luka Modric mengajak gemilang. Gelandang Real Madrid ini menjadi salah satu pesepakbola tersukses. Ia bahkan pernah meraih sejumlah gelar individu termasuk Ballon dOr pada musim 2017-2018.

Itulah kisah sedih Luka Modric, kehilangan keluarganya hingga ditinggal pergi ayahnya di zaman perang. Kini Modric sudah berdamai dengan masa lalunya.

(Dimas Khaidar)