Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sang Ayah Kenang Kembali Sosok Reivano Dwi Afriansyah, Korban Jiwa Ke-134 Tragedi Kanjuruhan yang Masih 17 Tahun

Avirista Midaada , Jurnalis-Jum'at, 21 Oktober 2022 |15:59 WIB
Sang Ayah Kenang Kembali Sosok Reivano Dwi Afriansyah, Korban Jiwa Ke-134 Tragedi Kanjuruhan yang Masih 17 Tahun
Reivano Dwi Afriansyah jadi korban tewas ke-134 Tragedi Kanjuruhan (Foto: MPI/Avirista Midaada)
A
A
A

SANG ayah kenang kembali sosok Reivano Dwi Afriansyah, korban jiwa ke-134 tragedi Kanjuruhan yang masih 17 tahun. Siswa kelas XII jurusan desain grafis tersebut meninggal dunia setelah dirawat selama 18 hari di rumah sakit.

Arif Yuniarto, ayah dari Reivano, mengingat kembali pada hari Sabtu pagi itu, tanggal 1 Oktober. Sang anak yang biasanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) sedang libur dan memilih pulang. Arif mengingat bahwa Reivano meminta agar motornya diperbaiki.

Tragedi Kanjuruhan

"Sepedanya nanti tak benerin (diservis), sepedanya kan matic. Nanti tak pakai yah, sepedanya mau tak pakai, nanti ini nyusul ayah belum pulang, ayah mau ke bengkel," ucap Arif menirukan percakapan terakhirnya dengan sang anak dengan bahasa Jawa.

Setelah diperbaiki di bengkel hingga menjelang maghrib sepeda motor itu selesai. Kemudian Reivano lantas berangkat menuju Stadion Kanjuruhan Malang untuk menonton pertandingan Arema FC.

"(Pamit atau enggak) saya tahu makanya tak tanya nggak, pulang tak tanya ibunya Fano pakai celana apa, kata ibunya kaos biru, celana krem, saya kan lihat, share alhamdulillah namanya ortu nggak tega," terangnya.

Semasa hidupnya diakui Arif memang anak yang manja, pendiam, tapi juga baik dan penurut. Bahkan sama ibunya karena terlalu manjanya hingga kelas XI itu pernah masih disuapin saat makan.

"Dia itu pendiam, sama ibunya manja, kelas 2 itu kalau makan minta disuapin. Kalau ngga ini nggak mau (makan), anaknya diem anaknya. Paling nongkrong di kafe tak lihat ya sudah, anaknya benar dia," terangnya.

Sementara itu Sutikno, pendamping keluarga korban menyatakan, kondisi sang ayah dan keluarga korban tragedi Kanjuruhan Malang lainnya masih mengalami trauma secara psikis. Mayoritas mereka seperti orang linglung dan kebingungan karena melihat keadaan anak atau keluarga mereka yang dirawat di rumah sakit.

"Sampai sekarang pun dalam kondisi yang betul-betul down mentalnya sangat turun sekali. Sehingga saya kayak bapaknya almarhum Reivano ini seperti momong bayi, setiap hari melamun pindah ke sana kemari," kata Mbah Tik, sapaan akrabnya seusai pemakaman.

"Semua orang tua keluarga korban isinya hanya menangis, setiap pagi habis dipanggil dokter, hanya ada dua pertanyaan anakku besok mati atau hidup. Hanya itu, sambil menangis, hanya itu yang bisa ditanyakan setiap hari setiap malam," tukasnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement