“Mereka mengatakan bahwa kebahagiaan mengganggu. Kebahagiaan seorang Brasil kulit hitam yang menang di Eropa jauh lebih mengganggu. Tapi keinginan saya untuk menang, senyum saya dan kilau di mata saya jauh lebih besar dari itu. Anda bahkan tidak bisa membayangkannya. Saya adalah korban xenophobia dan rasisme dalam satu pernyataan. Tapi semua itu tidak dimulai kemarin,” sambung Vinicius Junior.
“Beberapa minggu yang lalu mereka mulai mengkriminalisasi tarian saya. Tarian yang bukan milik saya. Mereka milik Ronaldinho, Neymar, Paquetá, Griezmann, João Félix, Matheus Cunha... mereka milik seniman funk dan samba Brasil, penyanyi reggaeton, dan kulit hitam Amerika. Mereka adalah tarian untuk merayakan keragaman budaya dunia,” tambahnya.
“Terimalah, hormati. Saya tidak akan berhenti (menari),” tegasnya.
(Rivan Nasri Rachman)