Dalam final Divisi Utama, Persija kalah lewat perpanjangan waktu dari Persipura Jayapura dengan skor 2-3. Sementara di final Piala Indonesia, Persija takluk 3-4 dari Arema Malang, lagi-lagi lewat babak perpanjangan waktu.
“Sebenarnya itu musim yang pahit karena kami punya kans juara di dua kompetisi yang finalnya dimainkan di Jakarta. Namun sayang gagal juara,” terang Ismed.

Lantas, kenapa Ismed memasukkan musim itu menjadi salah satu momen terbaiknya bersama tim ibu kota?
“Suasana tim saat itu sangat nyaman, baik di dalam maupun di luar lapangan,” ujarIsmed .
“Meski gagal, setelah itu kami belajar dan semakin kompak sebagai sebuah tim,” pungkasnya.
(Rachmat Fahzry)