BAGI Anda pencinta sepakbola dunia pasti mengenal winger Liverpool, Sadio Mane. Pesepakbola 27 tahun itu menduduki posisi empat penganugerahan trofi Ballon dOr 2019. Kemudian pada pertengahan minggu ini, Mane dinobatkan sebagai peraih trofi pemain terbaik Afrika 2019 setelah menyisihkan Mohamed Salah dan Riyad Mahrez.
Bersama Liverpool dalam dua musim terakhir, Mane merupakan mesin gol si Merah. Musim lalu saja, Mane keluar sebagai top skor Liga Inggris dengan koleksi 22 gol. Namun, banyak yang belum tahu betapa kerasnya perjuangan Mane hingga bisa menjadi seperti sekarang.
(Potret Sadio Mane saat kecil)
Mane dikenal sebagai pekerja keras. Ia rela pulang pergi ke Kota Ziguinchor demi berlatih sepakbola. Hal itu dilakukan Mane demi merealisasikan mimpinya menjadi pesepakbola top profesional. Keyakinan Mane untuk menjadi pesepakbola profesional muncul setelah Tim Nasional Senegal lolos ke perempatfinal Piala Dunia 2002.
BACA JUGA: Sukses sebagai Pesepakbola, Mane Bangun Masjid dan Fasilitas Umum di Senegal
Padahal, Piala Dunia 2002 merupakan kiprah pertama Senegal di ajang empat tahunan tersebut. Sejak saat itulah, Mane sering mengikuti pertandingan antarkampung (tarkam) demi mendapatkan pundi-pundi uang.