MENEMBUS partai puncak sebuah turnamen adalah target setiap klub maupun Tim Nasional (Timnas). Setelah mencapai fase tersebut, target selanjutnya ialah menjuarai turnamen itu. Akan tetapi, tekanan di partai final sangatlah besar. Tekanan dipastikan menerpa mental setiap pemain yang tampil di partai puncak itu.
Karena itu, seorang pesepakbola membutuhkan mental baja untuk menghadapi setiap tekanan yang ada. Jika tak mampu menahan tekanan tersebut, hasil buruk dapat menimpa sebuah tim saat tampil di laga penentuan. Setidaknya ada enam tim yang gagal menampilkan performa terbaik di partai puncak, meski pada fase-fase sebelumnya tampil luar biasa.
Berikut 6 tim dengan performa terburuk di partai final, mengutip dari Sportskeeda:
5. Timnas Belanda (Vs Spanyol di Piala Dunia 2010)
(Foto: Sportskeeda)
Belanda tampil luar biasa di Piala Dunia 2010. Tim asuhan Bert van Marwijk itu menyapu bersih tiga laga fase grup dengan kemenangan. Setelah mengalahkan Slovakia di 16 besar, Belanda menundukkan favorit juara Piala Dunia 2010, Brasil, dengan skor 2-1 di perempatfinal. Selanjutnya di semifinal Belanda menundukkan Uruguay 3-2 dan berhak melaju ke partai puncak.
Di final, Belanda bersua Spanyol yang juga tampil luar biasa di laga-laga sebelumnya. Akan tetapi, Belanda benar-benar didominasi Spanyol. Skuad La Furia Roja –julukan Spanyol– melepas 11 shot on target ke gawang Belanda kawalan Marteen Stekelenburg. Pada akhirnya Spanyol menang 1-0 lewat gol Andres Iniesta di menit 116 atau masa perpanjangan waktu.
4. Aston Villa (Vs Arsenal di Piala FA 2014-2015)
(Foto: Sportskeeda)
Aston Villa tampil luar biasa di Piala FA 2014-2015. Di semifinal, klub asuhan Tim Sherwood tersebut mengalahkan Liverpool 2-1 di Stadion Wembley dan akan bertemu Arsenal di final. Lolos ke partai puncak membuat fans The Villans –julukan Villa– berharap tim kesayangannya dapat memenangi trofi Piala FA yang terakhir kali mereka angkat pada 1956-1957.
Akan tetapi, skuad Villa terlihat demam panggung saat tampil di partai puncak. Alhasil, mereka takluk 0-4 dari Arsenal. Saat itu, gol-gol Arsenal dicetak Theo Walcott pada menit 40, Alexis Sanchez (50’), Per Mertesacker (62’) dan Olivier Giroud (90+3’). Di sepanjang 90 menit pertandingan, Christian Benteke dan kawan-kawan hanya sanggup melepaskan dua tembakan.
3. Chelsea (Vs Manchester United di Piala FA 2006-2007)
(Foto: Sportskeeda)
Tidak seperti laga-laga sebelumnya yang mana hanya satu tim yang bermain buruk, kali ini, kedua tim bermain buruk. Hal itu terbukti pada 45 menit awal pertandingan, tak ada satu pun shot on target yang dicetak kedua tim. Bisa dibilang, performa buruk yang ditampilkan kedua tim karena mereka telah menjalani banyak pertandingan pada musim tersebut.
Banyaknya pertandingan membuat mereka kelelahan di laga penutup musim itu sehingga tampil tidak seperti biasanya. Setidaknya, baik Chelsea dan Man United sama-sama melewati 60 pertandingan sepanjang musim 2006-2007. Meski begitu, pada akhirnya Chelsea yang memenangi pertandingan lewat gol yang dicetak Didier Drogba di menit 116, atau masa perpanjangan waktu.
2. Argentina (Vs Jerman di Piala Dunia 1990)
(Foto: Sportskeeda)
Argentina berpotensi jadi negara Amerika Selatan kedua setelah Brasil yang sanggup mempertahankan trofi Piala Dunia. Setelah menjuarai Piala Dunia 1986 usai mengalahkan Jerman Barat 3-2, La Albiceleste –julukan Argentina– menapaki partai puncak edisi 1990. Lagi-lagi, lawan yang dihadapi ialah Jerman Barat.
Akan tetapi, kisah manis empat tahun lalu gagal diulangi Argentina pada edisi 1990. Argentina yang masih menjadikan Diego Maradona sebagai andalan takluk 0-1 dari Jerman, via penalti Andreas Brehme di menit 45 pertandingan. Sebenarnya tidak heran Argentina takluk di laga tersebut. Sepanjang 90 menit pertandingan, Argentina hanya membuat satu shot on target, berbanding 16 milik Jerman Barat.
1. Barcelona (Vs AC Milan Liga Champions 1993-1994)
(Foto: Sportskeeda)
Barcelona menjadikan Romario Faria dan Hristo Stoichkov sebagai juru gedor andalan di musim 1993-1994. Akan tetapi, kedua pemain itu mati kutu saat bertemu AC Milan di final Liga Champions 1993-1994. Kedua pemain itu mentok karena dimatikan lini pertahanan Milan yang dipimpin Franco Baresi.
Permainan mengalir yang biasa diperagakan Blaugrana –julukan Barcelona– di laga-laga sebelumnya sama sekali tak terlihat. Alhasil, Barcelona pun takluk dengan skor 0-4 dari Milan. Gol-gol Milan dicetak Daniele Massaro pada menit 22, (45+2), Dejan Savicevic (47’) dan Marcel Desailly (58’).
(Ramdani Bur)