The Foxes -julukan Leicester- pada awal musim 2015-2016 hanya mengeluarkan dana sebesar 50,16 juta euro sekira Rp757 miliar. Hal tersebut terbilang kecil dibandingkan dengan Manchester City yang menganggarkan dana 203 juta euro (Rp2,8 triliun), Man United 146 juta euro (Rp2,05 triliun) dan Liverpool 127 juta euro (Rp1,7 triliun).
Namun siapa sangka dua laga sisa Liga Inggris, Jamie Vardy dan kawan-kawan didapuk sebagai juara. Sebab, Tottenham Hotspur pesaingnya di klasemen ditahan imbang 2-2 oleh Chelsea. Hasil tersebut membuat raihan poin Leicester (77 poin) tak mungkin terkejar oleh Spurs (70 poin).
Atas kesuksesan itu pula, nama Ranieri kembali terangkat. Maklum saja, mantan pelatih Chelsea itu kerap dicap sebagai pelatih gagal di liga domestik. Sosok asal Italia tersebut mampu mengusung permainan kolektif dan konsisten, tak pelak mental juara tertanam dalam diri masing-masing anak asuhnya.
Tak ada yang menyangka langkah Leicester meraih gelar pertama Liga Inggris begitu manis. Dalam perayaannya berbagai kalangan turut mengucapkan selamat sekaligus memuji kesuksesan tim yang berdiri pada 1884 silam tersebut. Kisahnya begitu inspiratif bak dongeng David vs Goliath.
(Fetra Hariandja)