Tanggapi Kerusuhan, PT Liga Gelar Rapat
JAKARTA – Kerusuhan kembali mewarnai persepakbolaan Indonesia. Ya, tercatat terdapat tiga peristiwa yang menodai sportivitas sepakbola tanah air.
Persipura Jayapura sukses mengalahkan Arema Cronus 2-1 di Stadion Mandala, Jayapura, pada Selasa (21/10/2014). Kemenangan yang didapat Mutiara Hitam begitu berharga karena membuka peluang lolos ke semifinal Indonesia Super League (ISL).
Namun, bukan itu saja yang menjadi pembicaraan hangat. Dalam laga tersebut diwarnai insiden adu jotos antara pemain tuan rumah Ruben Sanadi, dan pemain Arema, Dendy. Keduanya pun langsung diusir wasit. Belum berhenti di situ, Kurnia Meiga juga terlihat dicekik oleh ofisial Persipura. Penjaga gawang timnas itu diganjar kartu kuning.
Hari Rabu (22/10/2014) kerusuhan pecah di Stadion Si Jalak Harupat. Partai yang dimenangkan tuan rumah Persib Bandung dengan 2-1 atas Persebaya Surabaya itu diwarnai keributan antar suporter. Bentrok terjadi di tribun penonton.
Kerusuhan terparah hingga menimbulkan korban jiwa terjadi usai laga Persis Solo menjamu Martapura FC di Stadion Manahan. Keributan diawali oleh sikap pendukung tuan rumah yang tidak puas dengan kinerja wasit, mereka masuk ke tengah lapangan mencoba menyerang sang pengadil. Laga itu sendiri berakhir imbang 1-1.
Kerusuhan pun menjalar di luar stadion. Nyawa seorang Pasoepati - fans Persis – harus menjadi korban. Atas kejadian ini, Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia menggelar rapat darurat. Menurutnya, ini adalah kejadian yang patut ditanggapi serius.
“PT Liga Indonesia menganggap apa yang terjadi di Solo sebagai kejadian yang harus ditanggapi serius. Apalagi, kami mendengar sampai ada bakar-bakar hingga info korban meninggal,” kata pria yang akrab disapa Jokdri ini.
(Randy Wirayudha)
