TIMNAS Iran terancam dicoret dari daftar peserta Piala Dunia 2026 sekali pun sudah lolos. Lantas, apakah hal itu akan berdampak ke Timnas Indonesia?
Mehdi Taremi dan kawan-kawan sukses menjadi juara Grup A Putaran 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Mereka bahkan sudah memastikan diri lolos sejak matchday 8 pada Maret 2025.
Namun, situasinya tidak menguntungkan. Apalagi, saat ini Iran tengah terlibat perang dengan Israel, salah satu sekutu utama Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Bein Sports mengabarkan, Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memasukkan Iran dan warga negaranya dalam daftar hitam atau daftar cekal untuk masuk ke Negeri Paman Sam. Mereka tidak akan bisa masuk ke dalam wilayah negara tersebut!
Alhasil, ada kemungkinan para pemain Timnas Iran dilarang memasuki wilayah AS, yang akan jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 bersama Kanada dan Meksiko. Hal ini turut jadi perhatian buat FIFA.
Badan sepakbola dunia itu dikabarkan sedang melobi Pemerintah AS untuk mengizinkan Timnas Iran bermain di Piala Dunia. Media El Paso Times menyebut, aturan tersebut memberi pengecualian untuk atlet, pelatih, dan ofisial tim, yang akan turun di Piala Dunia 2026 dan Olimpiade 2028.
Ini tentu jadi kabar baik. Namun, warga negara Iran tetap tidak bisa datang langsung ke AS untuk mendukung perjuangan negaranya. Mereka tetap bisa mengajukan visa dengan beragam syarat ketat seperti memiliki kewarganegaraan ganda, memiliki sanak keluarga di AS, atau urusan kenegaraan.
Dicoretnya Iran akan jadi skandal besar di dunia olahraga. Lalu, apa pengaruhnya buat Timnas Indonesia? Yang pasti, FIFA dan AFC akan menambah satu slot lagi untuk menggantikan posisi Iran.
Saat ini, Timnas Indonesia akan berjuang di Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Skuad Garuda bersaing dengan lima negara lain untuk memperebutkan dua tiket tersisa ke putaran final.
Jika Iran dicoret, ada kemungkinan tiket dari putaran empat akan bertambah. Yang pasti, Timnas Indonesia perlu fokus mempersiapkan diri jelang fase tersebut, yang akan dihelat pada 8-14 Oktober 2025 di Arab Saudi dan Qatar.
(Wikanto Arungbudoyo)