BERIKUT tiga prestasi Simon Tahamata, sosok yang baru ditunjuk jadi kepala pemandu bakat atau head of scouting Timnas Indonesia. Salah satunya begitu spesial.
Tahamata merupakan mantan pesepakbola profesional. Ia pernah memperkuat Ajax Amsterdam (1976-1980), Standard Liege (1980-1984), Feyenoord (1984-1987), Beerschot (1987-1990), dan Germinal Ekeren (1990-1996).
Setelah pensiun, Tahamata banting setir menjadi pelatih. Namun, ia lebih banyak berkecimpung di tim usia muda pada rentang 10-16 tahun. Alhasil, tidak ada prestasi mentereng yang ditorehkannya.
Namun, sebagai pemain, Tahamata punya capaian yang cukup membanggakan. Apa saja? Simak ulasan berikut ini.
3 Prestasi Simon Tahamata
Prestasi ini diraih Tahamata ketika memperkuat Standard Liege. Ia dua kali menjadi kampiun di Belgia pada 1981-1982 dan 1982-1983.
Sayangnya, capaian itu tidak bisa diulangi ketika memperkuat tim Belgia lain yakni Beerschot. Ia hanya menambah gelar berupa Piala Belgia 1980-1981 (Standard Liege).
Prestasi ini diraih Tahamata ketika memperkuat Ajax Amsterdam. Ia menjadi juara KNVB Cup atau Piala Belanda pada 1978-1979.
Bersama Feyenoord, Tahamata gagal meraih prestasi apa pun. Wajar jika kemudian namanya lebih melegenda bersama Ajax.
Prestasi ini tiga kali diraih pria berdarah Ambon tersebut. Tahamata juara Liga Belanda pada 1976-1977, dan 1978-1979, dan 1979-1980.
Sayangnya, ia tidak meraih prestasi bersama Ajax di level Eropa. Namun, tiga trofi Liga Belanda plus satu KNVB Cup sudah cukup untuk menjadikan Om Simon -sapaan akrabnya- sebagai legenda.
Sumbangsih terbesar Tahamata buat Ajax bukan soal trofi melainkan pengembangan pemain muda di akademi. Cukup banyak pemain yang pernah merasakan tangan dinginnya pada era 2004-2009 dan 2014-2024.
Itulah tiga prestasi Simon Tahamata yang baru ditunjuk jadi head of scouting Timnas Indonesia. Semoga tangan dinginnya juga menular ke Skuad Garuda.
(Wikanto Arungbudoyo)