MEDIA Inggris, The Independent, menyebut keegoisan Cristiano Ronaldo hampir membuat Timnas Portugal rontok di 16 besar Euro 2024. Dibilang egois karena Cristiano Ronaldo seakan ingin menyelesaikan pertandingan sendirian, tanpa sadar dirinya sudah tidak muda lagi.
Dalam laga yang berlangsung di Waldstadion, Frankfurt, Seleccao das Quinas -julukan Timnas Portugal- dominan atas Slovenia. Secara penguasaan bola, Portugal asuhan Roberto Martinez mencatatkan 72,1 persen.
(The Independent menyindir Cristiano Ronaldo. (Foto: The Independent)
Selain itu, Portugal mencatatkan 20 tembakan dan delapan di antaranya dilepaskan Cristiano Ronaldo. Dari delapan tembakan itu, Cristiano Ronaldo melepaskan empat shot on target.
Namun, tak ada satu pun tembakan Cristiano Ronaldo yang masuk ke gawang Slovenia, sekalipun mendapat Kesempatan mencetak gol via titik putih. Di menit 105, Timnas Portugal mendapatkan hadiah penalti setelah Diogo Jota dijatuhkan pemain Slovenia di kotak terlarang.
Cristiano Ronaldo yang maju sebagai eksekutor gagal mengecoh kiper Timnas Slovenia, Jan Oblak. Tembakan pesepakbola 39 tahun itu berhasil ditepis secara brilian oleh Jan Oblak.
Setelah gagal menjalankan tugasnya, Cristiano Ronaldo terlihat menangis di jeda babak pertama babak tambahan 2x15 menit. Sebab, kemenangan Portugal yang sudah di depan mata harus sirna.
Berhubung skor 0-0 bertahan hingga babak tambahan 2x15 menit berakhir, laga pun dilanjutkan ke adu tendangan penalti. Beruntung di adu tendangan penalti, Cristiano Ronaldo yang kembali maju sebagai penendang berhasil mengecoh Jan Oblak.
(Tendangan penalti Cristiano Ronaldo ditepis Jan Oblak. (Foto: REUTERS)
Singkat kata, Portugal menang 3-0 atas Slovenia di adu tendangan penalti dan berhak lolos ke Perempatfinal Euro 2024. Meski begitu, kritikan tetap menerpa Cristiano Ronaldo.
“Malam ketika ego Cristiano Ronaldo hampir membuat Portugal tersingkir dari Euro 2024,” tulis The Independent dalam judul artikel yang mereka buat.
“Laga ini bisa jadi pelajaran bagi Cristiano Ronaldo. Jika Anda ingin menjadi bintang, mungkin tidak selalu berakhir bahagia,” tutup media asal Inggris ini.
(Ramdani Bur)
