KISAH Martunis, korban selamat tsunami Aceh yang menjadi satu-satunya pesepakbola muslim yang berkarier di Sporting Lisbon akan diulas Okezone. Martunis sempat mendapat musibah besar pada Minggu, 26 Desember 2004.
Saat itu, tsunami superbesar melanda Aceh. Ajaibnya, Martunis selamat dari tsunami besar tersebut meski sempat terapung di laut selama 21 hari. Untuk bertahan hidup saat itu, Martunis mengonsumsi biskuit dan mie instan yang terapung di laut.
(Martunis kecil bersama Cristiano Ronaldo pada 2005)
Setelah 21 hari berlalu pascatsunami Aceh, Martunis yang saat itu berusia delapan tahun diselamatkan tim penyelamat. Ketika ditemukan, Martunis mengenakan jersey Timnas Portugal dengan nama punggung Rui Costa (10).
Sontak, sosok Martunis menjadi pemberitaan tak hanya media-media lokal, tapi juga internasional. Federasi Sepakbola Portugal (FPF) pun mengapresiasi Martunis untuk datang mengujungi kamp Timnas Portugal asuhan Luiz Felipe Scolari.
Saat itu, di skuad Timnas Portugal terdapat nama-nama top seperti Luis Figo, Deco Souza hingga Cristiano Ronaldo. Dari sekian bintang, Cristiano Ronaldo yang memberi perhatian lebih kepada Martunis.
Ketika mengunjungi Aceh pada musim panas 2005, Cristiano Ronaldo secara khusus mengunjungi Martunis. Sejak saat itu, hubungan Cristiano Ronaldo dan Martunis dimulai.
Cristiano Ronaldo bahkan mengangkat Martunis sebagai anak! Beberapa kali, Martunis diajak Cristiano Ronaldo menyaksikan laga timnya saat itu, Real Madrid.
(Martunis saat gabung akademi Sporting Lisbon pada 2015)
Tidak sampai di situ, Cristiano Ronaldo juga mendorong Martunis untuk masuk akademi Sporting Lisbon. Harapannya dengan gabung akademi Sporting Lisbon, Martunis muncul menjadi pesepakbola kelas dunia.
Berstatus satu-satunya pesepakbola muslim di skuad akademi Sporting Lisbon saat itu, Martunis memutuskan pulang ke Indonesia setahun kemudian. Dalam sebuah wawancara, Martunis mengaku gagal di akademi Sporting Lisbon karena telat bergabung.
Ia bergabung di usia 18 tahun, atau usia yang masuk kategori terlambat untuk menjadi pesepakbola profesional. Selain telat gabung, ada beberapa faktor lain yang membuat Martunis kesulitan berkembang, mulai dari bahasa, cuaca dan makanan.
(Ramdani Bur)