KISAH Pele legenda sepakbola Brasil menjadi pilot gadungan untuk lolos dari kudeta di Nigeria mungkin terdengar seperti kisah film. Namun, itu terjadi dalam dunia nyata.
Pele dianggap salah satu pesepakbola terbaik yang pernah ada. Akan tetapi, dalam hidupnya dia pernah dipaksa untuk berpura-pura menjadi pilot pesawat untuk melarikan diri dari Nigeria saat kudeta terjadi.
Momen terjadi saat legenda Santos tersebut sedang dalam perjalanan ke Nigeria pada tahun 1976. Pele berada di Lagos bersama juara Wimbledon saat itu, Arthur Ashe untuk sebuah perjalanan yang disponsori oleh perusahaan Amerika Serikat.
Sebelum kedatangannya, ketegangan sudah terjadi pada Februari 1976 di Nigeria. Sentimen kehadiran warga AS menjadi isu sensitif karena pemerintah AS dan Nigeria berselisih mengenai dukungan Gerakan Rakyat di Angola, sebuah kelompok yang didukung oleh Uni Soviet.
Pada tanggal 13 Februari, apa yang seharusnya menjadi hari keempat turnamen tenis, Kepala Negara Nigeria, Jenderal Murtala Mohammed, ditembak mati di mobilnya oleh sekelompok tentara pemberontak. Di tewas saat dalam perjalanan ke markas tentara negara itu.
Baca juga: 5 Pesepakbola Bintang yang Hina Lionel Messi, Nomor 1 Raja Piala Dunia
Setelah kudeta, baku tembak terjadi antara pemberontak dan pasukan pemerintah. Ketertiban berhasil dipulihkan setelah tentara pemerintah meredam perlawanan pemberontak.
Turnamen tenis kemudian dilanjutkan pada 16 Februari. Namun para pemain tenis yang kebanyakan warga AS tidak bisa pergi ke mana-mana kecuali untuk bermain.
Baca juga: Sukses Operasi Tumor Besar, Pele Kembali Masuk Rumah Sakit karena Masalah Pernapasan
Turnamen terus dilanjutkan hingga pertandingan semifinal antara Ashe dan Jeff Borowiak. Namun, lapangan diserbu oleh anggota angkatan bersenjata, mengarahkan senjata ke dua pemain, dan memaksa mereka keluar dari stadion.
Tentara marah karena permainan masih dilanjutkan sementara negara masih berkabung. Kontingen tenis akhirnya diizinkan untuk meninggalkan Nigeria pada akhir turnamen. Namun, Pele tidak ikut dalam rombongan tersebut karena tak mendapat tempat dalam penerbangan.