SEBELUM dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo pada penghargaan trofi Ballon d'Or, Marco Van Basten merupakan nama terakhir yang meraih penghargaan tersebut sebanyak tiga kali. Ia meraihnya dalam kurun kurang dari lima tahun yakni pada 1988, 1989 dan 1992.
Pada tahun 1988, Van Basten meraih trofi Ballon d'Or perdananya. Ia meraih dukungan terbanyak dengan 129 suara sekaligus mengalahkan dua rekannya di Tim Nasional (Timnas) Belanda maupun AC Milan, yakni Ruud Gullit dan Frank Rijkaard.
Penampilan impresifnya di lapangan hijau serta pencapaiannya bersama AC Milan membuat Van Basten meraih trofi Ballon d'Or keduanya pada 1989. Lagi-lagi, tiga pemain Milan mendominasi tiga posisi teratas. Kali ini Van Basten terpilih usai mengalahkan Franco Baresi dan Frank Rijkaard.
Akan tetapi, serangkaian cedera pergelangan kaki yang menimpanya sempat membuat karier sepakbolanya meredup. Van Basten dipaksa menepi cukup lama untuk memulihkan cedera engkel yang ia derita.
Van Basten kemudian mulai mendapatkan kembali rasa percaya dirinya di lapangan hijau setelah berada di bawah asuhan Fabio Capello. Van Basten bisa dikatakan kembali berada dalam peak performance bersama Rossoneri –julukan Milan.
Tercatat di Liga Italia 1991-1992, Van Basten mengoleksi 25 gol dari 31 penampilan. Ia pun keluar sebagai top skor dan di akhir tahun merebut trofi Ballon dOr ketiganya (1992) setelah mengalahkan Hristo Stoichkov dan Dennis Bergkamp.
Berkolaborasi bersama dua pemain asal Belanda lainnya, yakni Frank Rijkaard dan Ruud Gullit, membuat Rossoneri memiliki lini serang yang paling ditakuti pada era tersebut. Pemain kelahiran 31 Oktober 1964 itu bahkan merasa sangat puas dengan pencapaiannya bersama Rossoneri.
"Kesempurnaan di sepakbola mungkin tidak ada, tapi musim ini kami nyaris mendekati sempurna," ujarnya kala itu.
Sayangnya, perjalanan kariernya bersama AC Milan perlahan mulai menurun. Musim 1993-1994 menjadi era terakhir dari trio Belanda Gullit-Rijkaard-Van Basten. Kedua rekannya memilih hengkang sementara Van Basten sendiri mulai kesulitan mendapat jatah bermain lantaran cedera.
Cedera pergelangan kakinya kambuh dan parahnya, cedera tersebut bukan cedera ringan seperti sebelumnya. Van Basten sempat menjalani operasi untuk dapat memulihkan kembali kondisinya. Akan tetapi, operasi tersebut tidak berdampak banyak hingga memaksanya untuk pensiun di usia 31 tahun.
(Ramdani Bur)