JIKA berbicara tentang pesepakbola asal Brasil, Ricardo Kaka, sederet prestasi pasti bakal tertera di dalamnya. Hal ini tentu saja terjadi karena Kaka berhasil menorehkan karier yang cemerlang di dunia sepakbola. Ia telah menjadi sosok penting yang telah menjadi panutan banyak pemain.
Untuk meraih kesuksesan seperti saat ini, Kaka tentu saja perlu melewati jalan yang panjang. Meski begitu, perjalanan karier Kaka di dunia sepakbola terbilang cukup mulus. Ia dapat mencurahkan bakatnya sejak kecil dengan dukungan penuh dari kedua orangtua. Pasalnya, Kaka terlahir dari orangtua yang memiliki finansial baik.
Ayah Kaka, Bosco Izecson Pereira Leite, merupakan seorang insinyur. Sementara sang ibu, Simone dos Santos, bekerja sebagai guru sekolah dasar. Dari pekerjaan tersebut, kedua orangtua Kaka bisa menghidupi sang anak dengan baik. Karena itu, mereka tanpa ragu memasukkan Ricardo Izecson dos Santos Leite –nama lengkap Kaka –itu ke sekolah sepakbola saat masih kanak-kanak.
Hal itu dilakukan saat Kaka baru berusia tujuh tahun. Setelah pindah ke Sao Paolo dari Gama, Bosco dan Simone langsung memasukkan sang anak ke sekolah sepakbola bernama Alphaville. Dari sana, bakat Kaka dalam dunia sepakbola pun mulai terbaca.
Kaka berhasil menorehkan karier yang cemerlang sejak kecil. Terbukti, ia bisa mengantarkan akademinya lolos ke final turnamen lokal. Kesuksesan ini yang akhirnya menjadi titik awal perjalanan karier Kaka untuk menjadi pesepakbola profesional. Klub sepakbola di kotanya, Sao Paolo FC, tertarik untuk merekrut Kaka. Mereka menawari tempat di akademi muda.
Setelah bernaung di akademi muda Sao Paolo FC selama enam tahun, atau tepatnya dari 1994-2000, Kaka akhirnya bisa memperkuat tim utama pada 2001. Debutnya berjalan manis sehingga Kaka menjadi pemain penting di sana. Tak butuh waktu lama untuk pemain kelahiran Gama 22 April 1982 itu untuk mengepakkan sayap ke kancah internasional.
Sebab, pada 2003, Kaka mendapat tawaran untuk memperkuat tim papan atas Italia, AC Milan. Tawaran ini pun langsung diterima dengan senang hati oleh Kaka. Ia cukup lama bernaung di sana, yakni sejak 2003 hingga 2009. Berbagai prestasi pun direngkuhnya saat memperkuat Milan. Ia berhasil meraih trofi Ballon d’Or pada 2007 hingga menyandang status sebagai pemain terbaik Liga Italia pada 2004 dan 2007.
Setelah enam tahun memperkuat Milan, Kaka tertarik untuk menjajal ketatnya persaingan di Liga Spanyol. Alhasil, Kaka akhirnya memutuskan berlabuh ke salah satu tim raksasa di Negeri Matador –julukan Spanyol, Real Madrid.
Di Madrid, karier Kaka tak bisa dibilang gemilang. Badai cedera yang dialami membuat Kaka kesulitan menembus starting XI. Meski begitu, Kaka masih bisa menghadirkan gelar juara di Liga Spanyol (2012) dan Copa del Rey (2011). Setelah empat tahun bernaung di Madrid, Kaka akhirnya memutuskan kembali berlabuh ke Milan. Di sana kariernya berjalan singkat, yakni hanya setahun mulai 2013-2014.
Setelah itu, Kaka pun memilih untuk hijrah ke Negeri Paman Sam –julukan Amerika Serikat. Di sana, ia bergabung ke Orlando City. Di awal kariernya di Orlando, Kaka sempat dipinjamkan ke klub sepakbola pertamanya, Sao Paolo. Hal itu terjadi pada 2014. Setelah itu, ia terus memperkuat Orlando hingga 2017. Klub itu menjadi tempat singgah terakhir Kaka di dunia sepakbola.
(Djanti Virantika)