LUIS Enrique bisa dibilang sebagai pengkhianat El Clasico. Sewaktu aktif sebagai pemain, Lucho –sapaan akrab Enrique– pernah membela Real Madrid dan Barcelona, dua klub yang memiliki rivalitas tinggi.
Dalam kurun 1991-1996, Enrique membela panji Los Blancos –julukan Madrid. Di periode itu Enrique 11 kali menghadapi Barcelona. Hasilnya, Enrique hanya mampu membawa Madrid meraih tiga menang, empat imbang dan empat kalah.
Setelah mempersembahkan masing-masing satu trofi Liga Spanyol, Copa del Rey dan Supercoppa de Espana bagi Madrid, Enrique hengkang ke Barcelona pada musim panas 1996. Saat itu Blaugrana –julukan Barcelona– tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendatangkan pemain yang biasa beroperasi di posisi gelandang serang itu.
Selanjutnya selama delapan musim (1996-2004), Enrique membela Barcelona. Dalam kurun waktu tersebut, Enrique tampil di 18 laga El Clasico. Hasilnya jauh lebih baik ketimbang saat membela Madrid. Saat itu Enrique berhasil membawa Barcelona meraih delapan menang, tujuh imbang dan tiga kalah.
Selepas pensiun sebagai pemain pada musim panas 2004, Enrique kembali ke Barcelona pada 2014, namun dengan status pelatih. Selama tiga musim menangani Barcelona, Enrique enam kali mendampingi Barcelona melawan Madrid.
Hasilnya berimbang, dengan Barcelona meraih tiga menang, satu imbang dan dua kalah. Melihat sederet fakta di atas, bisa dikatakan Enrique sebagai pengkhianat terbesar di El Clasico.
(Ramdani Bur)