Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Arema Hadapi Dua 'Derby'

Kukuh Setiawan , Jurnalis-Rabu, 28 Maret 2012 |02:01 WIB
Arema Hadapi Dua <i>'Derby'</i>
Foto: Ilustrasi Okezone
A
A
A

MALANG - Derby Kota Malang edisi pertama musim ini akhirnya memunculkan Persema Malang sebagai pemenang. Walau diliputi kontroversi kepemimpinan wasit, derby ini sudah menggambarkan bagaimana adu gengsi kedua klub masih tetap seperti sebelumnya.

Bagi Persema, hasil ini tentu saja luar biasa karena kesempatan untuk mempecundangi saudara mudanya Arema FC termasuk momen langka. Bagi Arema, ini sebuah aib tersendiri karena sebelumnya mereka sangat perkasa dan menjadi nomor satu di Malang Raya. Sekalipun kemenangan Persema dianggap kontroversial.

Arema FC yang memboikot jumpa pers menunjukkan bagaimana sulitnya menerima kekalahan di pertandingan derby. Namun jika melihat dalam cakupan lebih luas, sebenarnya bukan skor yang membuat Arema was-was. Justru kondisi di luar lapangan yang harus dipikirkan.

Pertama kali dalam sejarah perjalanan Singo Edan, derby Kota malang hanya dihadiri segelintir penonton. Kalau pun ada yang memakai jersey Arema, itu hanya segelintir dan tidak sampai seperempat kapasitas Stadion Gajayana. Ini derby dengan rekor jumlah penonton terburuk sepanjang sejarah.

Mengapa demikian? Antusias Aremania melihat Arema IPL sudah turun drastis. Itu sudah jelas. Harus diakui Arema IPL kini menanggung akibat dari buruknya kondisi manajemen di awal kompetisi lalu. Faktor yang sangat berpengaruh adalah eksodusnya pemain lama ke Arema Indonesia Super League (ISL).

Daya tawar Arema IPL benar-benar nyaris habis bersama hilangnya Kurnia Meiga dkk. Jumlah rataan penonton sangat memprihatinkan dan terus menurun belakangan ini. Pertandingan derby menghadapi Persema sudah cukup bisa dijadikan parameter sejauh mana selera Aremania mendukung Arema IPL.

Menurut saya, ini tugas yang jauh lebih berat bagi Arema FC jika dibanding mencari pemain atau memenangkan sebuah pertandingan. Tak bisa dibantah lagi, Aremania adalah segalanya bagi tim yang berdiri pada 1987. Sebenarnya ada berbagai upaya untuk menarik mereka lagi.

Manajemen sudah menggelar sarasehan dengan Aremania di kantor Arema Jln Jakarta 48 beberapa waktu lalu. Ini sudah jelas menjadi langkah pendekatan manajemen ke supporter yang pernah ditahbiskan sebagai yang terbaik di tanah air itu. Langkah ini positif walau sambutannya tak begitu luar biasa.

Manajemen melalui panitia pelaksana (panpel) pertandingan juga telah melakukan strategi, termasuk memberikan diskon 50% harga tiket masuk dan menyediakan door prize. Tapi nyatanya Aremania tidak bisa diiming-imingi hadiah atau tiket dengan harga rendah. Sebab kini Aremania bukan hanya soal fanatisme, tapi juga pilihan.

Adanya dua Arema yang bertanding di kompetisi IPL dan ISL membuat Aremania mempunyai beberapa pilihan. Ada yang tegas memilih antara IPL dan ISL, namun tak sedikit yang abstain atau memilih tak melihat langsung Arema dan menunggu Arema bersatu kembali.

Tak pelak, Arema IPL menghadapi dua 'derby' sekarang ini. Derby di kompetisi IPL menghadapi Persema Malang dan 'derby” lain yakni berebut pengaruh dengan Arema ISL. Jika saya memberikan skor, untuk saat ini Arema ISL masih mengungguli Arema IPL dengan skor 1-0.

Kenapa begitu? Arema ISL telah mendapat bargaining kuat dengan menampung kembali pemain lama seperti Kurnia Meiga, Muhammad Ridhuan, Dendi Santoso dan beberapa nama lain. Belum lagi jika tim yang berkandang di Stadion Kanjuruhan ini menggaet Milomir Seslija yang belakangan sering nongol di laga Arema ISL.

Walau belum terlihat pengaruhnya secara signifikan bagi Aremania, namun manuver itu menjadi penalti bagi Arema IPL. Kini Arema IPL tidak lagi bisa hanya berpegangan pada sah atau tidaknya klub secara hukum. Namun kepercayaan supporter jauh lebih penting dan tidak bisa diukur dari ranah hukum.

Hingga sekarang saya sendiri belum tahu formula bagaimana yang paling cocok untuk menarik Aremania kembali ke Stadion Gajayana. Mungkin prestasi di akhir musim bisa memengaruhi walau tidak begitu besar. Pastinya pendekatan juga harus terus dilakukan untuk menunjukkan bahwa Aremania adalah segalanya bagi Arema.

Ini tugas yang luar biasa berat karena sejatinya Arema IPL nyaris tak mempunyai modal berarti untuk merangsang Aremania antri tiket di Gajayana. Butuh sebuah kecerdasan dan tentu saja perjuangan keras untuk mengembalikan Gajayana seperti satu dekade silam.

Manajemen harus paham benar, tekad membangun sebuah tim modern tak akan ada artinya jika kemudian tidak ada supporter di tribun. Aremania adalah aset Arema dan selama mereka tidak ada di tribun saat Arema bertanding, kredibilitas tim pantas dipertanyakan.

(Achmad Firdaus)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement