LONDON – Roman Pavlyuchenko tidak mengambil penalti, saat Tottenham Hotspur harus melalui babak ‘tos-tosan’ saat meladeni Stoke City, di Piala Liga. Tapi sang pelatih terang-terangan menjadikannya kambing hitam atas kekalahan Spurs.
Spurs harus kandas di babak ketiga, Piala Liga, setelah kalah adu penalti, 6-7. 90 menit kedua tim tak menghasilkan gol sama sekali. Di babak extra-time juga belum terjadi satu pun gol.
Alhasil, adu tendangan penalti harus digelar untuk menentukan sang pemenang. Meski kalah, Harry Redknapp tidak menyalahkan para pemain mudanya yang gagal menjadi algojo. Malah Redknapp memuji mereka karena telah berani menanggung beban seberat itu.
Sementara, paman dari Frank Lampard tersebut, lebih memilih Pavlyuchenko untuk disalahkan. Pasalnya, dari sejumlah peluang, tak satu pun berbuah gol dari kepala maupun kaki striker internasional Rusia itu.
Padahal, jika saja satu gol tercipta dari Pavlyuchenko, maka tidak perlu ada adu penalti, dan pertandingan tidak akan berakhir lebih dari 90 menit waktu normal.
“Jika Pavlyuchenko mencetak gol, kami tak perlu menghadapi adu penalti, betul kan? Pertandingan akan berakhir di waktu normal, tapi ternyata kejadiannya berbeda,” hentak Redknapp, seperti dilansir Metro.co.uk, Kamis (22/9/2011).
Para pemin muda debutan, seperti Massimo Luongo dkk memberanikan diri menghadapi Thomas Sorensen. Meski akhirnya mereka gagal, Redknapp tetap membesarkan hati mereka.
“Luongo memberanikan diri untuk maju dan mengambil kesempatan – begitu juga Tom Carroll dan Jake Livemore, jadi hal itu bagus untuk perkembangan mental mereka,” tutup Redknapp.
(Randy Wirayudha)