MEDIA asal Amerika Serikat, ESPN menyoroti kabar pemecatan Patrick Kluivert dari pelatih kepala Timnas Indonesia. ESPN merasa PSSI terlalu berlebihan sampai memecat juru taktik asal Belanda tersebut usai baru kurang lebih 10 bulan bertugas menangani skuad Garuda.
Pemecatan ini terjadi setelah Timnas Indonesia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2026. Banyak pihak, terutama pengamat asing, menilai langkah PSSI ini terlalu reaktif dan berpotensi mengancam perkembangan jangka panjang tim yang menjanjikan.
https://www.okezone.com/tag/timnas-indonesia
Pertanyaan utama yang muncul dari ESPN adalah, Apakah PSSI benar-benar menetapkan kualifikasi Piala Dunia sebagai target yang realistis? Mengingat kalai itu Timnas Indonesia yang berada di peringkat 119 dunia bersaing dengan tim-tim seperti Arab Saudi (peringkat 58) dan Irak (peringkat 59) yang secara signifikan lebih kuat.
Menurut media tersebut, kegagalan ini seharusnya dilihat sebagai pencapaian, bukan kegagalan total, terutama karena Timnas Indonesia berhasil mencapai putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Menurut ESPN, jika lolos Piala Dunia adalah target impian namun bukan penentu segalanya, maka memecat seorang pelatih yang baru menjabat kurang dari setahun jelas terlihat seperti reaksi berlebihan. Logika ini semakin dipertanyakan mengingat Kluivert sebelumnya diberi kontrak dua tahun.
Andai satu-satunya tolok ukur adalah lolos Piala Dunia, mengapa tidak menunjuk pelatih dengan kontrak yang lebih pendek? Sebelum Kluivert, Timnas Indonesia di bawah pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong, berhasil melahirkan skuad baru yang diperkuat pemain naturalisasi dan lokal.
Tindakan PSSI yang mendepak Kluivert yang seharusnya melanjutkan evolusi tim dari baik menjadi hebat setelah sebelumnya mengganti pelatih yang memulai fondasi jangka panjang (Shin Tae-yong), menunjukkan adanya inkonsistensi dan ketiadaan strategi yang jelas. PSSI dicap terlalu reaksioner, terlepas dari kemungkinan Kluivert sendiri yang menghendaki perpisahan.