"Program-program ini bukan sekadar janji, melainkan wujud nyata dari komitmen tulus kami. Mari bersama-sama kita susun langkah-langkah implementasi selanjutnya, agar program ini dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi keluarga korban," terangnya.
Dirinya berharap, pertemuan ini jadi tonggak penting mempererat persaudaraan antara Arema FC dan keluarga korban. Apalagi jelang kembalinya Arema FC ke Stadion Kanjuruhan, di Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Malang.
"Dengan nantinya kita kembali menggunakan Stadion Kanjuruhan sebagai kandang dan program-program berkelanjutan yang telah disepakati, kami berharap dapat menciptakan harapan baru bagi proses pemulihan, kebangkitan, serta mempererat kebersamaan antara Arema FC dan Aremania demi meraih prestasi dan menjaga eksistensi klub kebanggaan Malang ini," tukasnya.
Sebagai informasi, Stadion Kanjuruhan Malang jadi saksi tragedi sepakbola paling mematikan nomor dua di dunia. Pada tragedi ini menewaskan 135 orang, pasca laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu 1 Oktober 2022 malam.
Tragedi yang berawal dari masuknya oknum suporter Aremania ke lapangan usai kekalahan 2 - 3 meluas hingga terjadi tembakan gas air mata dari kepolisian. Akibat tembakan gas air mata itu penonton terutama di tribun selatan stadion panik hingga berebut keluar stadion, yang membuat banyaknya korban.
Total ada 135 orang meninggal dunia, baik yang di stadion maupun ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Sedangkan tak kurang dari 600 orang lebih mengalami luka berat, sedang, dan ringan.
Pasca tragedi itu, Stadion Kanjuruhan pun dinyatakan tak layak digunakan dan direvitalisasi oleh pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan anggaran Rp 357 miliar, sejak 4 September 2023 hingga diresmikan pada 17 Maret 2025 lalu oleh Presiden Prabowo Subianto.
(Rivan Nasri Rachman)