“Setelah memenangkan pertandingan melawan Arab Saudi di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia, ayah sempat berkata kepada keluarga bahwa jika kami bisa mengalahkan Australia pada bulan Maret, maka langsung lolos ke Piala Dunia akan menjadi kenyataan. Namun, sekarang rasanya sangat disayangkan hal itu tidak bisa terwujud. Kalau melihat semua pencapaian, ternyata banyak yang merupakan yang pertama dalam sejarah,” tutur Shin Jae-won.
Di sisi lain, Shin Jae-won juga turut menyoroti salah satu pertimbangan PSSI dalam memecat Shin Tae-yong. Pertimbangan yang dimaksud adalah kandasnya Timnas Indonesia di fase grup Piala AFF 2024. Padahal kata dia, kedua pihak sudah sepakat untuk tidak memikirkan hasil karena fokus mempersiapkan pemain muda dalam menatap Piala Asia U-23 dan SEA Games mendatang.
“Saya juga tahu bahwa untuk AFF Cup kali ini, berbeda dengan negara lain yang menurunkan tim senior, Indonesia sudah sepakat dengan federasi untuk menurunkan pemain U-22 demi persiapan Piala Asia U-23 dan SEA Games di akhir tahun. Tapi kenyataannya, federasi yang awalnya mengatakan tidak akan mempermasalahkan hasil, malah memecat ayah karena alasan performa yang dianggap kurang baik. Hal ini sulit untuk dimengerti,” terang pemain berusia 27 tahun itu.
Kendati sudah tak sejalan, Shin Tae-yong tetap menjadi sosok pelatih yang mungkin paling membekas bagi fans Timnas Indonesia. Karena pelatih berusia 54 tahun itu telah mendongkrak kualitas Skuad Garuda selama lima tahun terakhir, hingga membawa peringkat Indonesia di tabel ranking FIFA meroket dengan menempati posisi 127 dunia. Jasa-jasanya tentu akan selalu dikenang oleh pencinta sepak bola nasional.
(Rivan Nasri Rachman)