KIPRAH Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia U-17 2023 tetap dapat pujian meski gagal lolos dari fase grup. Penampilan skuad Garuda Asia – julukan Timnas Indonesia U-17 – dinilai patut mendapatkan apresiasi setinggi langit.
Surono, Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora, melontarkan pujian tersebut. Kendati persiapannya mepet, Timnas Indonesia U-17 tetap bisa memberi kejutan dengan merebut dua poin berkat dua kali imbang kontra Ekuador dan Panama.
“Kami menyadari bahwa memang Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah baru pada Juli 2023. Kemudian dari PSSI bekerja sama dengan Kemenpora membentuk tim yang berasal dari U-16 dari hasil kejuaran AFF yang ada di Sleman waktu itu. Kemudian ada juga seleksi dari 12 kota dan pemain diaspora yang kita ajak untuk bergabung Timnas,” kata Surono dalam Zoom Forum Merdeka Barat 9 yang diikuti MNC Portal Indonesia, Senin (20/11/2023).
“Hanya karena keterbatasan waktu hasilnya seperti yang kita ketahui bersama dengan menahan imbang Ekuador dan Panama. Dengan waktu yang begitu pendek, saya rasa ini adalah tim yang menjanjikan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Surono berharap agar skuad saat ini bisa menjadi lebih berkembang untuk masa depan Timnas Indonesia di kemudian hari. Dia ingin para pemain yang ada saat ini bisa diberi jam terbang untuk masuk ke dalam klub-klub yang ada di Tanah Air untuk mematangkan mental serta performanya dalam pertandingan.
“Mudah-mudahan tim ini tetap langsung menjadi tim untuk level-level berikutnya. Kita akan sampaikan ke PSSI agar untuk selalu dibina jangka panjang, kemudian juga dititip ke klub-klub agar mereka bisa bermain di kompetisi. Kami (pemerintah) dengan waktu yang pendek itu bisa menahan imbang Panama dan Ekuador itu sangat membanggakan dan mudah-mudahan ke depan akan lebih baik,” ungkap Surono.
Pujian tidak hanya diberikan pihak pemerintah saja, melainkan juga diberikan oleh pengamat sepak bola Tanah Air, Sapto Haryo Rajasa. Sapto menggambarkan betapa matangnya persiapan yang dimiliki negara peserta lain ketimbang Timnas Indonesia U-17. Pasalnya, selain persiapan yang mepet, skuad Garuda Asia juga tidak memiliki kompetisi bagi para pemain muda sehingga hal itu cukup menyulitkan Bima Sakti untuk memilah pemainnya.
“Pastinya ketika ditunjuk itu yang paling pusing adalah Coach Bima Sakti ya karena harus membentuk tim dengan waktu yang begitu singkat. Bisa dibilang tidak ideal dalam artian kita tidak punya kompetisi, tidak lolos kualifikasi yang mana tim-tim lain lolosnya lewat kualifikasi. Artinya mereka (kontestan-kontestan lain) sudah punya wadah untuk berjuang agar bisa sampai disini,” papar Sapto.
“Sementara kita sama sekali bukan tim yang seperti itu walaupun dengan persiapan yang telah dilakukan seperti seleksi di beberapa kota dan TC di Jerman, tetapi itu kan bukan level kompetisi yang akan membentuk kita untuk masuk ke sebuah turnamen. Jadi memang situasinya tidak ideal,” lanjutnya.
Kendati begitu, Sapto memberi dua jempol kepada Timnas Indonesia U-17. Menurutnya secara pribadi, pencapaian skuad Garuda Asia di Piala Dunia U-17 sudah diluar dari ekspektasinya. Karena dengan persiapan yang minim, pasukan Bima Sakti terbukti mampu mencuri dua poin.
“Tapi diatas kertas tadinya saya pikir kita bakal dibantai sama Ekuador, Maroko, dan sulit lawan Panama, nyatanya tidak seperti itu. Kita bisa menahan imbang Ekuador yang menurut saya itu sesuatu yang jauh dari ekspektasi walaupun secara permainan masih banyak yang harus dibenahi,” ujarnya.
“Tapi secara keseluruhan saya puas dengan dua poin ini diluar dari ekspektasi. Saya acungi jempol kepada coach Bima yang bisa membawa tim meraih dua poin dalam waktu yang singkat. Walaupun gagal lolos tapi paling enggak kita bisa ambil banyak pelajaran,” pungkas Sapto.
(Reinaldy Darius)