PRESIDEN Real Madrid, Florentino Perez nekat menggodok kebijakan Liga Super Eropa lagi. Rencana pria 75 tahun itu dibeberkan oleh Presiden Liga Spanyol, Javier Tebas.
Pria asal Spanyol itu menyebutkan, Florentino Perez bakal membuat kembali Liga Super Eropa, namun tanpa klub Liga Inggris. Hal tersebut dilaporkan langsung oleh media Spanyol, Football Espana.

Sebagaimana diketahui, pada musim panas lalu, publik sepak bola dunia digemparkan dengan rencana klub-klub elite Eropa yang ingin membuat kompetisi baru bernama Liga Super Eropa. Dengan adanya kompetisi tersebut, klub-klub peserta tidak lagi berlaga di kompetisi domestik dan kompetisi naungan Federasi Sepakbola Eropa (UEFA).
Kompetisi tersebut dinilai menjadi bentuk perlawanan terhadap tindakan sewenang-wenang UEFA dan FIFA. Proyek Liga Super Eropa kemudian dihentikan menyusul protes keras dari berbagai pihak.
Kendati demikian, Juventus, Barcelona dan Real Madrid kabarnya masih berambisi mewujudkan Liga Super Eropa. Namun menurut Tebas, proyek Liga Super Eropa adalah milik Florentino Perez secara pribadi dan tidak ada sangkut pautnya dengan Real Madrid.
"Florentino tidak pernah mau kalah, dia selalu begitu, Liga Super adalah sebuah konsep yang dimulai bertahun-tahun silam dan itu milik Florentino, bukan milik Real Madrid," kata Tebas kepada Diario Sport dilansir Football Espana, Kamis (24/3/2022).
"Itu (rencana Liga Super Eropa) terus ada. Mereka memberikan banyak hal penting untuk apa yang dapat diselesaikan Uni Eropa, tetapi pemerintah Eropa telah memposisikan diri," tambahnya.
Lebih lanjut, Tebas memberikan pernyataan mengejutkan terkait Liga Super Eropa. Menurutnya, Florentino tidak mengajak klub Inggris untuk proyek Liga Super Eropa yang baru.
"Mereka sedang mengerjakan proyek lain, yang menurut saya akan gagal lagi, tanpa tim Inggris, melawan UEFA, FIFA, dan Liga Inggris," tandasnya.
Namun, Tbeas mengatakan, ia tidak tahu alasan dibalik Florentino tidak mengajak klub Liga Inggris di proyek Liga Super Eropa itu. Namun, dugaan kuat menyebut, Florentino menganggap bahwa Inggris merupakan penghambat terwujudnya Liga Super Eropa, karena protes keras yang dilayangkan masyarakat Inggris.
(Hakiki Tertiari )