Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pemenang & Pecundang di Derbi Madrileno

Randy Wirayudha , Jurnalis-Senin, 09 Februari 2015 |12:30 WIB
Pemenang & Pecundang di <i>Derbi Madrileno</i>
Atleti merajai derby Ibu Kota usai menggebut Madrid via kemenangan empat gol tanpa balas (Foto: Pierre-Philippe Marcou/AFP)
A
A
A

MADRID – Dua pemandangan berbeda sangat kentara terlihat di antara dua kubu usai bertarung di Vicente Calderón, akhir pekan lalu. Mereka yang berjalan ke lorong ganti dengan kepala tegak dan satu kubu lagi tertunduk malu.

Tentu Anda pecinta La Liga sudah tahu siapa yang mengakhiri El Derbi Madrileño sebagai pemenang dan siapa pula sebagai pecundang. Skor mutlak 4-0 begitu membedakan kapasitas Atlético Madrid di lapangan, kendati Real Madrid-lah yang unggul di atas kertas.

Meski sudah berlalu, namun masih cukup menarik untuk menilik setidaknya ada lima fakta soal derby Ibu Kota pada jornada ke-22 La Liga itu.

Dari lima fakta itu, sedikitnya tiga faktor yang bikin moncer Atléti dan dua faktor yang membuat El Real 'boncos', seperti dirangkum Bleacherreport, Senin (9/2/2015):

Instruksi Start Cepat Simeone

Tahu dan sadar butuh tiga angka dari seteru sekotanya, entrenador Diego Simeone menginstruksikan pada para jugador-nya, untuk langsung melancarkan tekanan sejak kick off. “Perjudian” itu pun seolah terbayarkan.

Terlepas dari faktor kelelahan yang mendera Madrid, para pemain Atléti sanggup menutup ruang, menekan dengan intensitas tinggi serta kemampuan penguasaan bola lebih banyak dari Cristiano Ronaldo Cs.

“Di pertandingan seperti ini, kami mampu menampilkan permainan yang kami inginkan di lapangan. Permainan kami berjalan baik. Kemampuan kami menginterpretasikan rencana taktik lalu mengeksekusinya – brilian,” ungkap Simeone.

Super-Sub Saúl Ñíguez

Baru 10 menit derby bergulir, Rojiblancos sudah harus kehilangan satu pilar andalannya. Koke Merodio terpaksa keluar lapangan setelah mengalami cedera. Beruntung, Simeone punya pengganti yang tak kalah jempolan – Saúl Ñíguez. Mediocampista berusia 20 tahun itu memang tak punya daya tahan, konsistensi dan kreativitas secemerlang Koke.

Tapi Saúl punya satu kualitas yang tak dimiliki Koke, yakni rasa lapar yang lebih untuk membantu serangan lewat tusukan-tusukan langsung ke kotak penalti Madrid. Gol indah lewat overhead kick-nya jadi jawaban Saúl atas kepercayaan Simeone. Namun sial, Saúl juga harus digantikan di babak kedua akibat cedera pula.

Dynamic Duo Griezmann-Mandzukic

Soal status dan kepopuleran, Antoine Griezmann dan Mario Mandzukic memang belum dielu-elukan publik sepakbola dunia seperti Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema. Tapi Griezmann dan Mandzukic sanggup menampilkan kombinasi yang hampir sempurna dan jauh lebih baik dari Ronaldo-Benzema.

Baik Griezmann dan Mandzukic menyuguhkan dynamic duo dengan kerja sama yang apik, teknik hebat, kecepatan serta power untuk membongkar tembok pertahanan Los Blancos. Keduanya juga tak ketinggalan ikut menghancurkan gawang Iker Casillas dengan gol ketiga dan keempat kemenangan Atléti.

CR7 – Antara Ada dan Tiada

Kembali setelah terbelenggu sanksi larangan dua pertandingan, eksistensi CR7 – sebutan Ronaldo tentu (harusnya) jadi berkah buat skuad besutan Carlo Ancelotti. Tapi ironisnya, peran CR7 di lapangan justru hampir sama saja ketika dia masih absen dari skuad!

Ke mana CR7 selama 90 menit? Dia juga tak terlihat turun ke barisan tengah hanya untuk ikut bantu mencuri bola. Tak nampak pula passion-nya untuk melakukan sprint demi menerobos barisan pertahanan Atlético. Dia juga tak bergerak untuk menyediakan ruang antar lini dengan lebih baik. Satu tembakannya dari 30 yard juga jauh dari acungan jempol.

Saking kesalnya melihat permainan CR7, Sid Lowe dari The Guardian sampai menuliskan,: “Hanya cemoohan yang membuat Ronaldo terhindar dari ‘ketiadaan’ di lapangan dan jika dia hanya terlihat sedikit berperan, Gareth Bale lebih sedikit lagi,”.

Payahnya Barisan Tengah Madrid

Lini gelandang Madrid yang dihuni para jugador jempolan justru dibikin inferior juga bentrok dengan barisan tengah Atlético. Toni Kroos dan Sami Khedira yang memenangi Piala Dunia tahun lalu, ditambah Isco Alarcón yang sedianya tengah on-fire, justru nampak lamban saat memegang bola, tak mampu bergerak cepat dan menemukan ruang, serta tak bisa ikut merepotkan barisan tengah tim lawan.

Peran ketiganya tak sesuai harapan dan status kebintangan mereka, jika dibandingkan kontribusi apa yang dihadirkan empat gerendel barisan tengah Atléti yang diisi kuartet Koke (digantikan Saúl), Tiago Mendes, Gabi Fernández dan Arda Turan.

(Randy Wirayudha)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita bola lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement