Stadion Dibongkar, Kualifikasi AFC U-22 Terancam Batal
PEKANBARU - Pihak Subkontraktor yang membangun stadion utama PON XVIII Riau telah melakukan pembongkaran sebagian bangunan. Hal ini memicu masalah baru karena dalam waktu dekat stadion itu akan dipakai untuk pertandingan kualifikasi Asian Football Confederation (AFC) U-22.
Pertadingan yang rencananya akan digelar pada 5-7 Juli 2012 mendatang dan diikuti 6 negara inipun terancam batal.
"Iya memang piala AFC akan digelar di stadion utama itu. Kita berharaplah ada jalan keluar terkait masalah pihak subkontraktor, konsorsium dan Pemprov Riau sendiri. Kita berharap kualifikasi AFC ini berjalan lancar tanpa ada hambatan,"kata Humas PB PON Riau, Chairul Rizki kepada Okezone Senin (25/6/2012).
Dalam pertandingan babak kualifikasi AFC U-22 akan diikuti 6 negara yakni Australia, Jepang, Singapura, Makao, Timor Leste dan tuan rumah Indonesia.
Sementara itu, pihak subkontraktor yang dikonfirmasi menyangkal tentang pembongkaran stadion PON untuk menggagalkan piala AFC.
"Tidak benar, justru kita dukung Piala AFC. Masalahnya, pembongkaran main stadion itu karena hutang pihak konsorsium kepada kita sekitar Rp23 miliar tidak kunjung dibayar. Sudah 8 bulan mereka menunggak tanpa kepastian. Kami tidak berurusan dengan PB PON, tapi urusan kita sama pihak konsorsium,"sebut Wahyu salah satu sub kontrak dari PT Puas dan Son.
Sementara itu, pihak Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau menyakinkan bahwa kualifikasi AFC dipastikan digelar di stadion utama PON.
"Kita sebagai tuan rumah sudah siap mengelar kualifikasi AFC. Semua sudah dipersiapkan dengan matang,"kata Plt Kepala Dispora Riau, M Rizal Pakis.
Mengenai pembongkaran sebagian bangunan main stadion PON yang dilakukan oleh pihak subkontraktor, diapun menepisnya. Menurut dia yang dilakukan oleh pihak subkontraktor adalah menganti kursi yang jauh lebih bagus.
Seperti diketahui akhir pekan ini, 11 subkontraktor PON melakukan pembongkaran sebagian bangunan main stadion.Yakni terdiri dari kursi, sound system,papan skor, dan lampu. Hal ini terkait masalah hutang piutang antara pihak konsorsium dan subkontraktor.
(Auzan Julikar Sutedjo)
