KOMENTAR keras Mats Deijl ke FIFA usai gagal bela Timnas Malaysia menarik untuk diulas. Sebab, ia sampai menyebut aturan itu bodoh.
FIFA menganggap jika Mats Deijl tidak memiliki garis keturunan Malaysia yang sah. Setidaknya ada dua hal yang melatarbelakangi hal tersebut.
Yang pertama, darah keturunan yang dimiliki oleh pemain berusia 27 tahun itu berasal dari sang buyut atau garis keturunan keempat. Padahal dalam aturan FIFA jelas disebutkan jika perpindahan federasi seorang pemain melalui skema keturunan dibatasi pada garis keturunan ke 2 atau maksimal dari kakek atau neneknya.
Selain itu, darah keturunan Mats Deijl juga tidak murni keturunan Malaysia. Sebab, buyutnya lahir di Singapura pada 1893 meski pada waktu itu, Negeri Singa masih bagian dari Malaysia.
“Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menginformasikan bahwa Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) telah memastikan pemain klub Go Ahead Eagles asal Belanda, Mats Deijl belum lolos persyaratan kelayakan untuk bergabung dengan skuad Harimau Malaya,” tulis FAM dalam rilis resminya.
“Pasalnya, berdasarkan dokumen yang terlampir, diketahui pemain berusia 27 tahun itu hanya memiliki darah Malaysia melalui nenek moyangnya dan bukan melalui kakek dan neneknya sebagaimana diatur dalam ketentuan FIFA,” sambung tulisan tersebut.
Mengetahui gagal membela Timnas Malaysia, Mats Deijl pun mengaku sangat kecewa. Dalam obrolannya dengan Fr Future Talents, ia menjelaskan betapa kecewanya atas kegagalan tersebut. Saking kecewanya, pemain berposisi bek kanan itu bahkan menyebut peraturan FIFA sebagai peraturan bodoh.
“Saya baru mendapatkan panggilan, sangat mengecewakan. Mudah-mudahan kedepannya ada yang bisa membuat saya lolos (untuk mewakili Harimau Malaya) tapi tidak untuk saat ini. Peraturan bodoh” kata Deijl dilansir Stadium Astro, Rabu (2/10/2024).
Rasa kecewa tentu menjadi hal yang wajar bagi Deijl. Sebab, ia dan FAM telah menjalin komunikasi yang intens sejak lama agar bisa membela Timnas Malaysia. Namun dalam sekejap, hal tersebut pupus setelah dirinya terbukti tidak memenuhi peraturan FIFA.
Namun sangat disayangkan ketika dirinya menyebut peraturan FIFA sebagai peraturan bodoh. Karena bagaimana pun, aturan itu adalah aturan yang dibuat untuk kepentingan bersama dan harus dijalankan oleh semua negara dibawah naungan FIFA.
(Wikanto Arungbudoyo)