SEPAKBOLA berkembang seiring berjalannya waktu. Perkembangan sepakbola membuat beragam peraturan yang ada di dalamnya juga menjadi semakin kompleks. Di antara begitu banyak aturan sepakbola yang dikenal masyarakat, offside paling sering dibicarakan.
Bagaimana tidak, offside kerap membuat sebuah pertandingan dipenuhi dengan kontroversi. Akan tetapi, tahukah Anda sejarah offside dalam sepakbola? Offside mungkin salah satu aturan tertua di sepakbola, yang telah mengalami beberapa revisi.
Offside awalnya merupakan istilah militer, yakni off the strength of his side yang berarti dibebastugaskan. Berdasarkan itu bisa dijelaskan secara sederhana, bahwa offside dalam sepakbola berarti pemain tidak masuk dalam permainan. Pada awalnya, Offside dalam sepakbola mengacu pada olahraga rugby, yang secara sederhana menyatakan seorang pemain dilarang hanya berdiam diri di depan gawang lawan.
BACA JUGA: Modric Sebut Hati Cristiano Ronaldo Bernilai 10
Aturan Offside kemudian disesuaikan dengan permainan sepakbola. Pada 1863, seorang pemain akan dianggap offside jika ada tiga pemain lawan di depannya (termasuk kiper). Akan tetapi, penerapan aturan itu justru membuat pertandingan dibanjiri offside.
Karena dianggap kurang relevan, akhirnya aturan offside pun direvisi pada 1925. Pada saat itu, seorang pemain akan dianggap offside jika ada dua pemain (termasuk kiper) di depannya. Aturan itu sayangnya tidak berjalan dengan baik, karena tetap terjadi banyak offside dalam pertandingan. Kendati demikian, aturan offside itu berlaku untuk waktu yang lama.
Setelah FIFA berdiri pada 1904, semua aturan dalam sepakbola mulai dirumuskan dengan lebih matang, termasuk offside. Pada 1990, FIFA pun melakukan revisi terhadap aturan offside. Offside akan berlaku bagi pemain yang di hadapannya hanya ada satu pemain (biasanya kiper, tetapi bisa juga pemain lain).
FIFA kemudian melakukan revisi kembali terhadap aturan offside pada 2003. Revisi itu membuat aturan jadi lebih longgar, karena pemain bebas dari offside jika tidak terlibat dalam permainan. Sayangnya revisi itu kerap menimbulkan kontroversi juga. Sebab, perbedaan sudut pandang antara wasit dengan para pemain. Meski begitu, segala kontroversi tersebut membuat sepakbola jadi lebih menarik untuk disaksikan.
(Ramdani Bur)