Kisah misterius Hilangnya Kurnia Meiga Eks Kiper Andalan Timnas Indonesia
KISAH misterius hilangnya Kurnia Meiga eks kiper andalan Timnas Indonesia akan diulas Okezone. Pencinta sepakbola Tanah Air tentu tak asing dengan sosok penjaga gawang satu ini.
Kurnia Meiga Hermansyah atau yang kerap dipanggil Si Entong ini merupakan salah satu kiper terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Sepanjang kariernya, Kurnia Meiga pernah membela Timnas Indonesia dan juga Arema FC.
Namun, secara mengejutkan ia tiba-tiba menghilang. Begini kisah misterius hilangnya Kurnia Meiga eks kiper andalan Timnas Indonesia.
Kisah misterius Hilangnya Kurnia Meiga Eks Kiper Andalan Timnas Indonesia
Kurnia Meiga Hermansyah lahir di Jakarta, 7 Mei 1990. Selain memiliki postur tubuh yang ideal, ia juga memiliki refleks yang cepat dan pintar dalam membaca situasi.
Ia memulai perjalanannya dalam dunia sepakbola melalui Diklat Sepakbola di Ragunan dan Sekolah Sepakbola PS Urakan di Jakarta. Setelah itu, Kurnia Meiga menjadi kiper untuk klub Persijap Jepara sebelum akhirnya berlabuh ke Arema FC.
Karena ketangguhan dan kehebatannya di bawah mistar gawang, Kurnia Meiga dipanggil untuk membela Timnas Indonesia U-19 pada 2007. Tahun berikutnya Rahmad Darmawan selaku pelatih Timnas Indonesia kembali memanggil Kurnia Meiga untuk membela Timnas Indonesia U-21 dan Timnas Indonesia U-23.
Sukses menjadi kiper Timnas Indonesia tak serta merta membuat Kurnia Meiga ingin melepas Arema FC. Di Arema FC karier Kurnia Meiga menjadi lebih cemerlang. Ia menjadi kiper favorit Singo Edan -julukan Arema FC- dari 2010 setelah berhasil memenangkan Liga Super Indonesia.
Sayangnya, Kurnia Meiga terakhir kali terlihat saat Arema FC bersua dengan Barito Putera pada laga lanjutan Liga 1 di Stadion 17 Mei, Banjarmasin, pada 23 Agustus 2017. Sejak laga tersebut berakhir, Kurnia Meiga bak ditelan bumi.
Ia tak pernah muncul lagi ke lapangan hijau hingga akhirnya memutuskan untuk pensiun dini. Ternyata, alasan kenapa Kurnia Meiga menghilang adalah karena dirinya mengalami gangguan fungsi penglihatan sehingga ia tak bisa lagi bermain bola.
(Dimas Khaidar)
